“Namun, bermaafan adalah salah satu bentuk tazkiyatun nafs, penyucian jiwa, yang bisa dilakukan kapan saja. Maka, memasuki Ramadhan dengan telah memaafkan orang lain adalah keniscayaan bagi kita, sehingga kita berpuasa dan beribadah di bulan Ramadhan dalam keadaan jiwa yang bersih dan mulia,” ujar Ustad Soleh Solehudin.
Para sahabat bertanya : “Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?” Kemudian beliau bersabda, “Baru saja Jibril berkata kepadaku: ‘Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan’, maka kukatakan, ‘Amin’, kemudian Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak berbakti kepada mereka berdua)’, maka aku berkata: ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi. ‘Allah melaknat seorang hamba yang tidak bershalawat ketika disebut namamu’, maka kukatakan, ‘Amin”.
Tradisi Munggahan dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan diselenggarakan Keluarga Besar (Alm) Bapak Amat, dengan dihadiri anak, cucu dan cicit yang jumlahnya sudah mencapai 80 orang. Kegiatan yang dilaksanakan di Jalan Bima Kelurahan Kelurahan Arjuna Kecamatan Cicendo Kota Bandung.
“Inti kegiatan Munggahan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan dengan bersilaturahmi antar kerabat dan saling bermaafan. Munggahan juga diisi tausiyah,” terang Hajjah Dedeh selaku tuan rumah. (heriyanto)***