Profesor Setiawan Sabana, Seniman Grafis dan Budayawan Kota Bandung Wafat

- 27 April 2023, 08:13 WIB
Profesor Setiawan Sabana seniman grafis  dan budayawan Kota Bandung telah wafat pada Kamis 27 April 2023 dini hari tadi.
Profesor Setiawan Sabana seniman grafis dan budayawan Kota Bandung telah wafat pada Kamis 27 April 2023 dini hari tadi. /Foto : Istimewa

PORTAL BANDUNG TIMUR - “Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Innalillahi wainailaihi rodjiun. Telah berpulang ke rahmatulah Prof. Dr. Setiawan Sabana, MFA. Purnabakti FSRD ITB. Pada hari Kamis, 27 April 2023 pukul 03.00 WIB di Bandung. Jenazah disemayamkan di Rumah Duka; Jl. Rebana No. 10 Bandung.”

Demikian kabar duka pesan singkat di jejaring media sosial yang diterima Kamis 27 April 2023 pagi hari ini. Dikabarkan Prof. Dr. Setiawan Sabana, MFA., yang dikalangan sesama dosen seni rupa dan desain maupun rekan seniman akrab disapa Kang Bana telah berpulang ke Rachmatullah.

Di mata rekan sekerjanya di FSRD ITB maupun Civitas Akademika ITB, sesama seniman dan budayawan serta awak media, Prof Setiawan Sabana dikenal luas sebagai sosok pengajar, seniman grafis dan juga budayawan  yang memiliki visi yang sangat jelas. Salah satu visi yang sejak awal digaungkannya hingga memasuki masa purnabakti 42 tahun berkiprah di FSRD ITB pada Senin 4 Oktober 2021 lalu, adalah menusantarakan seni dan menyenikan Nusantara, dirinya berkeinginan seni Nusantara meluas ke mancanegara.

Tidak hanya itu, Prof Setiawan Sabana juga sangat konsisten dalam pengkaryaannya dengan media kertas. Dalam beberapakali pameran tunggalnya disejumlah kota di tanah air maupun mancanegara selalu menampilkan judul, “Legenda Kertas”.

Hal yang cukup terpatri adalah pemikiran Prof Setiawan Sabana akan ciri khas Kota Bandung sebagai Paris van Java yang dikhawatirkannya akan lenyap. Diantaranya tanaman bunga khas Kota Bandung yang selalu ada disetiap taman dan juga pepohonan khas Sunda di setiap nama jalan yang diambil dari nama tetumbuhan.

“Semisal Taman Kemuning, pasti anak-anak sekarang akan bertanya-tanya yang seperti apa pohon kemuning. Atau pohon Kihiur, Saninten, dan lainnya.

Selain itu, Prof Setiawan Sabana sangat gigih memberi masukan ke pihak Pemkot Bandung agar, nama-nama papan reklame, spanduk ataupun papan petunjuk berbahasa asing dilarang. “Kalaupun mau menggunakan istilah asing jangan ngajemblag besar tapi kecil saja, ini untuk mempertahankan ciri khas Kota Bandung,” terhadap usulan Prof Setiawan Sabana, Wali Kota Bandung pada masa itu Dada Rosada mengabulkannya dan papan reklame berbau bahasa asing tidak terlalu mencolok, dan hal ini diikuti sejumlah kota lainnya, seperti Yogyakarta, Solo, Semarang dan bahkan DKI Jakarta.

Namun ide dan gagasannya tersebut berangsur dilupakan seiring dengan bergantinya pemimpin Kota Bandung. Nama-nama tempat hiburan maupun pusat perbelanjaan dan toko diambil dari nama asing, demikian pula nama jalan dan nama taman.

“Sekarang sudah bukan jamannya lagi untuk memikirkan dan mempertahankan kekhasan Kota Bandung menjadi kota yang nyaman dengan dan tentram seperti kota-kota di Jawa Tengah ataupun di Sumatera. Para pemimpin dan pengambil kebijakan di Kota Bandung khususnya dan umumnya di negeri ini sudah mengglobal, tapi permasalahan yang dialami masih itu ke itu saja, tidak ada kemajuan, hanya istilah dan pelakunya saja yang berbeda,” ujar Profesor Setiawan Sabana saat terakhir bertemu di acara pameran bersama Abdul Djalil atau AD Pirous di Galeri Serambi Pirous, pertengahan April 2022 lalu.***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x