PORTAL BANDUNG TIMUR - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dalam sepuluh tahun terakhir penutur Bahasa Sunda berkurang sebanyak dua juta orang. Artinya, dalam satu tahun berkurang sekitar 200.000 orang penutur Bahasa Sunda.
“Salah satu penyebab kepunahan suatu bahasa adalah berkurangnya jumlah penutur. Kemunduran Bahasa Sunda juga disebabkan para penuturnya tidak lagi berpihak pada bahasanya sendiri, sebagaimana dalam catatan BPS dalam 10 tahun 2 juta penuturnya berkurang yang berarti setiap setahun 200 ribu orang jumlah penutur hilang,” ujar Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Prof. E. Aminudin Aziz, dalam kegiatan Pelatihan Guru Utama Revitalisasi Bahasa Daerah untuk Tunas Bahasa Ibu Jenjang SD se-Jawa Barat dan Banten.
Pada kegiatan yang berlangsung di Hotel Grand Sunshine, Soreang, Kabupaten Bandung Aminudin Aziz mengatakan bahwa gagasan Revitalisasi Bahasa Daerah bukan untuk mencegah kepunahan suatu bahasa, sebab hal itu tidak mungkin. Apa yang dilakukan oleh Badan Bahasa selama tiga tahun terakhir adalah untuk mengurangi kecepatan dari kepunahan bahasa tersebut.
Baca Juga: Peserta Program Revitalisasi Bahasa Daerah Harus Mengimbaskan Materi Untuk Selamatkan Bahasa Daerah
Berdasarkan data UNESCO, menurut Aminudin Aziz, ada 200 bahasa yang punah dalam 30 tahun. Sebelas di antaranya berada di Indonesia dan kini ternyata kini sudah mengalami kemunduran lagi. Pada tahun 2021, ada sekitar 25 bahasa di Indonesia punah. “Jadi kita ingin memperlambat kepunahan tersebut,” kata Aminudin Aziz.
Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, Dr. Herawati, dalam laporannya menyampaikan bahwa kegiatan ini diikuti oleh 155 peserta, termasuk dari Provinsi Banten. Para peserta terdiri dari guru bahasa daerah yang merupakan perwakilan dari kota dan kabupaten di Jawa Barat, serta beberapa perwakilan kabupaten dari Provinsi Banten.
“Kegiatan ini merupakan tahapan dari program Revitalisasi Bahasa Daerah. Pada tahapan terakhir akan diselenggarakan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI). Setiap peserta pelatihan diharapkan mengimbaskan kembali hasil pelatihan kepada guru-guru sejawat,” kata Dr. Herawati.
Revitalisasi Bahasa Daerah telah dilaksanakan sejak tahun 2021. Awalnya kegiatan ini diselenggarakan di tiga provinsi yaitu, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Selanjutnya, di tahun 2022 bertambah menjadi 12 provinsi, dan pada tahun 2023 bertambah menjadi 20 provinsi yang mencakup 72 bahasa daerah.
Kiatan ini dibagi menjadi empat tahapan. Pertama, rapat koordinasi dengan pemangku kepentingan, yaitu Dinas Pendidikan di tingkat kota dan kabupaten. Kedua, pelatihan guru utama untuk jenjang SD dan SMP. Ketiga, pengimbasan hasil pelatihan kepada guru lainnya dan para siswa. Keempat, FTBI yang merupakan puncak kegiatan.