Ada Tradisi Nanggap Wayang saat Hajat Bumi di Mbah Buyut  Magrim

- 11 Juni 2023, 08:06 WIB
Kesenian wayang kulit Indramayu maupun wayang golek Priangan dan wayang cepak Cirebon sering ditampilkan di upacara Tradisi Hajat Bumi di Makam Mbah Buyut Magrim di Desa Cipancuh Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu.
Kesenian wayang kulit Indramayu maupun wayang golek Priangan dan wayang cepak Cirebon sering ditampilkan di upacara Tradisi Hajat Bumi di Makam Mbah Buyut Magrim di Desa Cipancuh Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu. /Portal Bandung Timur/Heriyanto Retno/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Bagi masyarakat sekitar jalan Gang Buyut Magrim Desa Cipancuh tidak asing lagi dengan nama tersebut nama jalan yang ilhami dari nama seorang tokoh penting yang telah wafat ini menjadi salah satu makam yang disakralkan di wilayah desa itu dan dijaga akan kebersihannya.

Bukan hanya dikeramatkan, masyarakat sering menggelar tradisi sebagai bentuk penghormatan terhadap Mbah Buyut Magrim sebagai leluhur desa setempat. Salah satunya digelar pagelaran wayang.

Ditemui di tempat kediamannya di Desa Cipancuh Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu, lelaki tua bernama Abah Surmita yang kini sudah berusia 79, merupakan kuncen makam bercerita panjang lebar tentang siapa Mbah Buyut Magrim, dengan ditemani secangkir teh seraya suara batuk-batuk yang menyertainya karena kondisi tubuhnya yang sudah sepuh.

Baca Juga: Semburan Air dari Kota Tua Jakarta

"Mbah Buyut Magrim itu teh tokoh terpandang, kalau asalnya banyak versi. Namun abah tahu dia asalnya dari Desa Panyingkiran Jatitujuh Majalengka yang kemudian merantau kewilayah Indramayu" cerita Abah Surmita.

Hal lain pula diutarakan oleh Abah Surmita yang menguatkan bukti bahwa abah sering bertemu para peziarah dari Majalengka yang masih keturunan Mbah Buyut Magrim. Di Desa Cipancuh Haurgeulis dikenal dua versi nama yaitu Mbah Buyut Magrim dan Syekh Magribi. “Dua nama ini sangat dikenal menurut beliau,” ujar Abah Surminta.

Dituturkan, Abah Sumirta, pada bulan-bulan tertentu khususnya bulan September, Oktober, dan November bertepatan dengan musim panen padi,  sering menggelar tradisi Hajat bumi atau lebih dikenal dengan Sedekah Bumi serta gelaran wayang di makam Mbah Buyut Magrim. Hal tersebut dilakukan tiada lain untuk meminta keberkahan dan kelancaran pada musim panen warga desa setempat.

Baca Juga: Djiaw Kiang Lin dan Liaw Ching Lan Jaga Rumah Soekarno Hatta Susun Teks Proklamasi

Dibulan-bulan itu pula, desa tersebut dibanjiri para pendatang dari luar daerah yang sekedar berkunjung untuk memanjatkan doa di makam Mbah Buyut Magrim ini. Dimana  acara hajat bumi ini dilaksanakan atas kesadaran masyarakat desa di desa itu dengan diikuti doa bersama para warga setempat.

Kemudian acara nanggap atau gelaran wayang ini yang digelar di makam Mbah Buyut Magrim. Rangkaian acara dilaksanakan atas kehendak desa tersebut yang dihadiri para aparat desa mulai dari siang hingga malam hari.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x