Masyarakat Kareumbi Tetap Gelar Tradisi Hajat Lembur

- 8 Oktober 2020, 23:31 WIB
MASYARAKAT Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Kec. Lembang Kab. Bandung Barat, tetap menggelar tradisi Hajat Lembur Sukur Bumi beberapa waktu lalu yang rutin diselenggarakan pada awal tahun baru  Islam atau Tahun Baru Hijriah yang sudah turun temurun ratusan tahun.
MASYARAKAT Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Kec. Lembang Kab. Bandung Barat, tetap menggelar tradisi Hajat Lembur Sukur Bumi beberapa waktu lalu yang rutin diselenggarakan pada awal tahun baru Islam atau Tahun Baru Hijriah yang sudah turun temurun ratusan tahun. /Heriyanto Retno

PORTAL BANDUNG TIMUR - Dalam kalender Hijriah, atau penanggalan Islam, bulan Muharram merupakan bulan pembuka bagi segala bulan. Sebagai bulan pembuka, Muharram diyakini umat Islam sebagai salah satu bulan di yang memiliki banyak keistimewaan.

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa,” tokoh Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Kec. Lembang Kab. Bandung Barat, Effendi, mengutip surat At-Taubah ayat 36, terkait dengan alasan warga tetap memaksa melaksanakan tradisi Hajat Buruan atau Hajat Lembur.

Memang, tahun ini dimana wabah corona masih berlangsung, bukan perkara mudah untuk melaksanakan tradisi Hajat Buruan atau Hajat Lembur yang diselenggarakan di bulan Muharram yang sudah turun temurun ratusan tahun. Setelah dilakukan rembuk antar pengurus warga di tinkat RT dan RW berlanjut ke dusun dan kemudian ke desa untuk meminta persetujuan Kepala Desa, dan untuk kemudian mendapat ijin dari pihak kepolisian.

Baca Juga: Festival Air 2020: Air dan Kearifan Budaya Lokal Sunda

Untuk keluar izin dari kepolisian, dalam hal ini Polsek Lembang, ada banyak aturan yang harus dilaksanakan. Selain harus melaksanakan protokol kesehatan, dalam penyelenggaraan tradisi Hajat Lembur tidak boleh digelar pertunjukan seni yang mengundang banyak massa dan kegiatan harus berakhir sebelum pukul 18.00 WIB.

“Semua aturan kami laksanakan, karena sama sekali tidak mengurangi rangkaian tradisi yang sudah berjalan ratusan tahun. Sejak pagi pukul 6.00 WIB, kami menggelar tradisi babakti berupa membersihkan kampung disambung dengan (tradisi) numbal membersihkan saluran air hingga ke mata air di Legok Dasman Gunung Hejo, dan setelah itu baru digelar Hajat Buruan yang diisi doa bersama warga dipimpin sesepuh kampung dan  akhiri hiburan alakadarnya yang biasanya menghadirkan wayang golek semalam suntuk, tahun ini hanya berupa kesenian Gemyung Jaipong yang dilaksanakan oleh para seniman di kampung kami,” terang Effendi.

Desakan masyarakat untuk melaksanakan tradisi Hajat lembur atau Hajat Buruan menurut Bah Endun salah seorang sepuh Cikareumbi, selain ingin meneruskan warisan para leluhur, juga keinginan mendapatkan barokah dan ampunan setahun lalu. “Salah satu keutamaan bulan Muharram adalah dihapuskannya dosa-dosa setahun lalu dan setahun akan datang sebagaimana yang dijanjikan Allah SWT pada Nabi Muhammad SAW, dan bila bersama-sama melakukan kebaikan maka akan dibukakan pintu kebaikan setahun ke depan, dan masyarakat yang sedang dalam kesulitan merasa ingin mendapatkan kebaikan itu,”ujar Bah Endun, seorang sepuh kampung yang usianya sudah kepala sembilan.

Baca Juga: Tangani Banjir Pasar Induk Gede Bage, DPU Bangun Kolam Retensi

Selain janji Allah SWT memberikan ampunan pada Nabi Muhammad, diungkapkan Bah Endun kuatnya tradisi Hajat Lembut dan Hajat Buruan sejumlah masyarakat di Desa Cikidang karena ada banyak peristiwa mulia di bulan Muharram. Diantaranya Allah SWT memberikan kemuliaan dan kehormatan kepada sepuluh nabi-Nya, seperti kemenangan Nabi Musa atas Fir’aun, pendaratan kapal Nabi Nuh setelah bumi ditenggelamkan selama 6 bulan, keselamatan Nabi Yunus dengan keluar dari perut ikan, ampunan Allah untuk Nabi Adam AS dan Siti Hawa,  keselamatan Nabi Yusuf dengan keluar dari sumur pembuangan,  kelahiran Nabi Isa AS, ampunan Allah untuk Nabi Dawud, kelahiran Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ya’qub dapat kembali melihat.

“Karenanya tradisi Hajat Lembur atau Hajat Buruan diselenggarakan oleh kami bukan tanpa alasan. Baik dalam kondisi susah seperti sekarang ini maupun dalam kondisi senang seperti tahun-tahun lalu dimana hasil panen berlimpah dan harga sayuran mahal, kami tetap menyelenggarakan dan menjaga tradisi dengan berharap kebalikan dan barokah seperti yang didapatkan para Nabi Allah,” pungkas Bah Endun. (heriyanto)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x