PORTAL BANDUNG TIMUR - Pandemi Covid-19 yang berlangsung selama 2 tahun, bahkan hingga kini masih berlangsung dan ada tanda-tanda akan berakhir membuat berbagai sendi kehidupan. Bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga tatanan kehidupan masyatakat yang mengalami perubahan sangat drastis. Tidak terkecuali sektor perekonomian masyarakat.
Hal inilah yang menjadi bahan pemikian seorang Komarudin Kudiya, lengkapnya Dr. H. Komarudin Kudiya S.Ip., M.Ds., tokoh batik Jawa Barat yang juga sekaligus sebagai Ketua Asosiasi Pengusahan dan Perajin Batik Indonesia berpikir keras.
“Saya dituntut tidak hanya memberikan motivasi dan melakukan terobosan dalam mengembangkan kain batik bagi para pengusaha dan peraji kain batik di tanah air yang kini tengah lesu, tetapi juga melakukan inovasi lainnya,” ujar Komar Kudiya, saat memperkenalkan Pendulum Batik Art di Rumah Batik Komar, Jalan Cigadung Raya Timur, Kelurahan Cigadung Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung.
Baca Juga: Jelang Pemilu 2024, MUI Disarankan Perkuat Narasi yang Lebih Sejuk
Sebelumnya, bersama Putri Urfanny Nadhiroh putrinya, Komar Kudiya membuat inovasi gabungan antara Shibori kain khas Jepang dan Batik dengan sebutan Shibotik. Inovasi ini mampu menarik minat para kawula muda menggandrungi batik blasteran Jepang Indonesia.
Begitupun dengan inivasi ecoprint batik diakhir tahun 2021, Komarudin dengan Rumah Batiknya memberikan inovasi membatik dengan gaya kekinian. Kreasi membatik dengan ecoprint pun sempat meramaikan industri batik di masa pandemi.
Dipertangahan tahun 2022 ini, Komarudin bersama keluarganya kembali berinovasi dan berkreasi dalam membatik, yakni menggunakan teknik pendulum. Teknik ini disebut Batik Pendulum Arts.
Baca Juga: Urus KITAS, Luis Milla Segera Berlabuh di Kota Bandung, See You Soon Bobotoh
Komarudin mengklaim jika teknik membatik menggunakan pendulum merupakan yang pertama di Indonesia bahkan dunia. "Kalau secara seni sudah banyak orang menggunakan pendulum untuk menjadi sebuah karya seni. Tapi untuk teknik membatik menggunakan pendulum, mungkin baru kami yang pertama," terang Komarudin Kudiya.
Komarudin Kudiya menyebutkan, munculnya inovasi baru dalam membatik terdorong banyaknya permintaan kain batik dengan motif- motif baru di masa Pandemi Covid-19. Sementara para perajin batik banyak yang gulung tikar dan beralih profesi menjadi tukang bangunan, petani maupun bekerja di sektor lainnya.