Hari Dharma Samudera 15 Januari Mengenang Pertempuran di Laut Aru , Simak Sejarahnya

- 14 Januari 2024, 09:05 WIB
Komandan Lantamal IX Ambon, Brigjen TNI (Mar) Said Latuconsina melarung karangan bunga dalam upacara peringatan pertempuran Laut Aru
Komandan Lantamal IX Ambon, Brigjen TNI (Mar) Said Latuconsina melarung karangan bunga dalam upacara peringatan pertempuran Laut Aru /Dispen Lantamal IX

PORTAL BANDUNG TIMUR - Pada 15 Januari 62 tahun lalu, terjadi pertempuran dahsyat antara kapal perang Indonesia dengan kapal perang Belanda di Laut Aru, Maluku. Pertempuran tersebut telah menenggelamkan KRI Macan Tutul dan menewaskan Komodor Yos Sudarso beserta krunya. Untuk mengenang peristiwa tersebut, setiap 15 Januari diperingati sebagai Hari Dharma Samudera.

Latar Belakang Pertempuran Laut Aru

Tahun 1949, Indonesia bersama Belanda menyetujui sejumlah kesepakatan pada Konferensi Meja Bundar (KMB). Dalam kesepakatan itu Belanda berjanji akan membebaskan Papua Barat, namun Belanda mengingkarinya. Bung Karno pun kemudian membuat Tri Komando Rakyat (Trikora) sebagai upaya untuk membebaskan Papua Barat dari Belanda.

Isi Trikora seperti yang diserukan Bung Karno antara lain:

  1. Gagalkanlah pembentukan “Negara Boneka Papua” buatan Belanda kolonial;
  2. Kibarkanlah Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia; dan
  3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air dan Bangsa.

Kemudian pada 2 Januari 1962 Bung Karno memberntuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat. Berpusati di Makassar dengan Mayor Jenderal Mayor Soeharto sebagai panglima. Tugas komando ini ialah untuk merencanakan, mempersiapkan, dan menggelar operasi militer untuk menggabungkan Irian Barat dengan Indonesia.

Selain Komando Mandala, Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) dan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) juga diberi misi untuk melakukan operasi infiltrasi pada 1962. Tiga kapal berjenis Motor Torpedo Boat (MTB) tipe Jaguar dikerahkan. Antara lain KRI Harimau, KRI Macan Kumbang, dan KRI Macan Tutul.

Melaksanakan Misi Pembebasan Papua Barat

Misi mulai dilaksanakan pada 9 Januari 1962. Komodor Yos Sudarso bersama Kapten Winarno berada dalam KRI Macan Tutul. Karena misi yang mereka jalankan bersifat rahasia, mereka dilarang singgah di pelabuhan-pelabuhan yang dilewati. Kapal-kapal perang mendapat suplai perbekalan yang dikirim di tengah laut.

Berdasarkan video YouTube resmi TNI Angkatan Laut, KRI tiba di perairan Arafuru pada 15 Januari 1962. Kapal-kapal tersebut kemudian bergerak menuju Kaimana pada 17.00 WITA untuk mendaratkan pasukan perang angkatan darat. Operasi ini berhasil dirahasiakan dari unit lain, akan tetapi misi mereka diketahui oleh Belanda.

Pecahnya Pertempuran Laut Aru

Kapal-kapal RI tersebut kemudian dipergok oleh Belanda menggunakan pesawat jenis Neptune dan Frely. Selain serangan udara, Belanda juga mengerahkan serangan permukaan laut dengan dua frigat Angkatan Laut Belanda. Antara lain Hr. Ms. Evertsen Hr. Ms. Evertsen dan Hr. Ms. Kortenaer. Mula-mula Kortenaer mendekat dan menembak peluru suar, tak berselang lama Neptune turut menembakkan peluru suar dari udara.

Melansir laman resmi KEMENDIKBUD, kekuatan tentara Indonesia saat itu tidak seimbang dengan tentara Belanda. Armada Indonesia dibawah pimpinan Yos Sudarso yang saat itu berada di KRI Macan Tutul mengeluarkan perintah untuk kembali dan berbelok kiri. Namun mesin KRI Macan Tutul macen dan berputar ke arah sebaliknya, sehingga Belanda mengira KRI Macan Tutul menyerang mereka.

Belanda dengan kapal Hr. Ms. Evertsen kemudian menyerang KRI Macan Tutul. Sebelum meriam mengenai kapal RI, Komodor Yos Sudarso menyerukan perintah sekaligus pesan terakhirnya yang terkenal “kobarkan semangat pertempuran”.  KRI Macan Tutul kemudian tenggelam bersama Komodor Yos Sudarso dan pasukannya. Untuk mengenang pertempuran ini, setiap 15 Januari diperingati sebagai Hari Dharma Samudera.*** (Mahayuna Gelsha Supriyadi)

Editor: Andriansyah Andrie


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah