BBMKG, Musim Kemarau Tahun Ini di Wilayah II Tanggerang Banten Lebih Kering

- 2 Juni 2023, 07:14 WIB
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah II Tanggerang mengingatkan musim kemarau tahun ini lebih kering.
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah II Tanggerang mengingatkan musim kemarau tahun ini lebih kering. /Portal Bandung Timur/heriyanto/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah II Tanggerang mengingatkan masyarakat akan musim kemarau tahun 2023 akan lebih kering dari musim kemarau tahun sebelumnya. Fenomena El Nino dan anomali suhu muka laut Samudera Hindia akan berdampak pada berkurangnya curah hujan di sebagian wilayah Indonesia.

“Hasil Pengamatan El Nino dan IOD menunjukan positif, yang berarti penurunan curah hujan di wilayah Indonesia. Berdasarkan monitoring awal musim kemarau Dasarian II bulan Mei ini, Provinsi Banten bagian utara sudah memasuki musim kemarau. Daerah yang dimaksud yakni Kota Cilegon, Kabupaten Serang bagian utara, Kota Serang bagian utara, Kota Tangerang bagian selatan, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang bagian tenggara, Kabupaten Tangerang bagian utara, dan Kota Tangerang bagian utara” terang Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah II Tanggerang Hartanto.

Dikutip dari instagram BBMKG Wilayah II Tanggerang, @bmkgwilayah2, disampaikan Hartanto,  kombinasi fenomena El Nino dan anomali suhu muka laut di Samudera Hindia bagian barat dan timur atau IOD/Indian Ocean Dipole diprediksi akan terjadi pada semester II. Fenomena El Nino tersebut dapat berdampak pada berkurangnya curah hujan di sebagian wilayah Indonesia selama periode Musim Kemarau tahun ini.

Baca Juga: Waspadai Fenomena Cuaca Ekstrim Masa Peralihan Musim Kemarau ke Musim Penghujan

Bahkan, sebagian wilayah Banten diprediksi akan mengalami curah hujan lebih kering dalam tiga dekade terakhir. “Meskipun demikian, masyarakat diminta tidak panik menghadapi fenomena El Nino atau musim panas,” ujar Hartanto.

Meskipun demikian, menurut Hartanto, pada masa transisi musim, wilayah yang sudah maupun belum memasuki musim kemarau masih dimungkinkan terjadi hujan dalam skala harian hingga mingguan. Hujan ini dipengaruhi oleh aktifnya variabilitas iklim sub-musiman berupa penjalaran gelombang tropis ekuatorial.

Selain itu juga disebabkan suhu permukaan laut sekitar yang masih hangat dan ketersediaan uap air di atmosfer masih cukup. Sedangkan kondisi hujan bulanan pada periode bulan Juni hingga Oktober untuk wilayah Banten diprakirakan berada pada kategori rendah antara 0 hingga 100 mm/bulan.

Baca Juga: Jelang Puncak Kemarau dan Masuk Musim Penghujang Digelar Kesiapan Peralatan Pendukung

Adapun periode puncak musim kemarau tahun ini diprediksi akan terjadi pada bulan Agustus dengan peluang kejadian curah hujan di bawah normal atau kategori lebih kering dari biasanya. Pada periode musim kemarau, khususnya pada puncak musim kemarau harus diwaspadai adanya potensi kekeringan di wilayah Banten.

“Masyarkat harus waspada musim kemarau yang lebih kering dibandingkan musim kemarau dalam tiga dekade terakhir atau sejak 1990-an. Upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko bencana kekeringan harus disiapkan oleh pemerintah dan masyarakat sebagai bentuk mitigasi. Seperti kekurangan air bersih dan gagal panen yang bisa memicu terganggunya ketahanan pangan” ujar Hartanto.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x