Kadek Septa Adi Kritik Perang Lewat Seni Grafis di Hybridium Lembang

14 Juni 2024, 23:15 WIB
Karya Lino Cut Kadek Septa Adi Mengkritik Perang di Hybridium Lembang /denny

PORTAL BANDUNG TIMUR - Pegrafis asal Bali, I Kadek Septa Adi memamerkan Karya seni grafis seri ‘Artileri’ di Hybridium, Lawangwangi Creative Space, Lembang, Bandung Barat 14 Juni hingga 17 Juli 2024.

Dengan teknik lino cut, Kadek Septa Adi menunjukkan kepekaannya terhadap dinamika sosial persoalan manusia yang tak henti menjunjung humanisme, namun di sisi lain perang terus berlanjut.

Menurut Axel Ridzky, kurator pameran menuturkan dalam pameran tunggalnya, karya Kadek Septa Adi kali ini menggambarkan reaksi terhadap peristiwa-peristiwa terkini, baik di sekitar maupun global.

"Dunia terus diguncang oleh berita-berita yang meresahkan seputar perang, dan Septa Adi membayangkan utopia dari perang yang menurutnya paradoks," kata Axel Ridzky Jumat, 14 Juni 2024.

Karyanya, kata Axel Ridzky merefleksikan ketegangan dari berbagai konflik yang kemudian diolah dengan medium seni grafis, meminjam spirit anti-perang dari Picasso. Adegan dari Guernica (1937) terlihat dipotong dan tersebar, banteng yang kubistis, sampai manusia ekspresi teriak horor dari pengeboman yang terjadi disana.

"Kita terbawa ke dalam adegan komikal perang yang riuh. Penuh ledakan, bentrokan dan dentuman. Diantaranya dengan latar lanskap bertumpuk khas lukisan Bali yang serupa." katanya.

Komik Sebagai Perbendaharaan Rupa Karya Septa Adi

Axel Ridzky mengatakan pameran tunggal Kadek Septa Adi bertajuk "Horns and Cannons" di Hybridium menyajikan objek gambar berupa meriam, rudal, tank baja, pesawat tempur, tidak hanya menunjukkan kecerdasan manusia tetapi juga menjadi ancaman bagi pola hidup tradisional yang telah bertahan selama berabad-abad.

"Menjadi dilema etis antara kemajuan teknologi terhadap realitas desa. Benturan antara dua simbol—tanduk (tradisi) dan meriam (modernitas)—menangkap ketegangan antara pelestarian dan kemajuan teknologi," katanya.

Karya-karya disini, tegas Axel Ridzky merujuk pada sebuah renungan, keluar ke hal lebih luas di mana kita masih menemukan konflik, gesekan, perang. Kecenderungan gambar berseri pada karya Kadek Septa Adi ini, menyajikan empat kanvas sebagai media hasil cukilannya cukup menantang pada prosesnya karena pengunjung pameran bisa melihat secara langsung bagaimana hasil cukilannya pada bidang dupleks (plat matrik). Serta tiga plat/matrik tanpa hasil cetaknya.

"Rupanya, komik menjadi salah satu perbendaharaan rupa yang dikonsumsi oleh Kadek Septa Adi pada karya-karya cukil sejak 2008," katanya.

Seniman ini menghimpun banyak figur-figur khayalan pada beberapa adegan di atas satu bidang karya, sehingga gambar yang dihasilkan terkesan padat namun dikomposisi dengan cukup apik, disertai teks minimalis.

Unsur tradisi gambar Bali (lukisan Kamasan, Batuan, Ubud, Young Artist, dll.) terasa tidak berjarak dengan bentuk-bentuk objek yang modern pada satu karya.

"Nampaknya unsur garis, bidang dari lukisan tradisi Bali memungkinkan tetap dihadirkan dengan teknik cetak ini," katanya.

Pengunjung pameran tunggal Kadek Septa Adi di Hybridium - Lawangwangi Creative Space, Lembang Bandung. denni

Galeri Hybridium Incar Kolektor Muda

Andonowati, Direktur ArtSociates mengatakan, karya grafis Kadek Septa Adi menarik pada unsur detail, topik dalam karya serta craftmenshipnya luar biasa. Matrik dan cetakannya dipamerkan bersamaan untuk menunjukkan bagaimana skill seniman ini.

"Hybridium ke depan akan membuka shop khusus karya limited edition bersamaan dengan pameran seniman terpilih di ruang galeri Lawangwangi serta art fair yang ada di Indonesia. Harapannya, bahwa, karya limited edition, dapat lebih dijangkau oleh kolektor daripada karya-karya besar yang biasa dipamerkan di ruang galeri Lawangwangi," katanya.

Sementara itu, saat ditemui usai pembukaan
Kadek Septa Adi mengatakan dirinya menggunakan penggabungan seni lukis tradisi dan seni grafis.

"Saya menggunakan teknik grafis untuk mengambil garis yang berasal dari seni lukis tradisi Bali pada pameran ini. Teknik hand colouring juga saya gunakan setelah selesai mencetak di kanvas. Tiga karya cetakan di kanvas dari plat yang dipamerkan di Hybridium juga dipamerkan sebuah galeri di Sydney, Australia," kata Kadek Septa Adi.

Cara kerja yang random dalam memilih tema dan pokok soal pada karya, baik itu tema karya personal maupun isu-isu sosial, membuat Kadek Septa Adi lebih bebas berkarya.

Yang justru menarik adalah metode kolaborasi teknik grafis dan seni lukis tradisi Bali yang dipilih oleh seniman ini yang menjalankan misi seni tradisi Bali diproduksi dengan teknik grafis Unik.***

Editor: Dharmasurya Denni

Tags

Terkini

Terpopuler