Kapal Pinisi, Google Doodle Hari Ini

- 7 Desember 2023, 06:33 WIB
Kapal Pinisi Indonesia asal Sulawesi Selatan menjadi ilustrasi Google  Doodle hari ini merayakan diakuinya Kapal Pinisi sebagai warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO.
Kapal Pinisi Indonesia asal Sulawesi Selatan menjadi ilustrasi Google Doodle hari ini merayakan diakuinya Kapal Pinisi sebagai warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO. /Tangkapanlayar Google Doodle/

PORTAL BANDUNG TIMUR – Hari ini, Kamis 7 Desember 2023 ilustrasi Google Doodle menampilkan Kapal Pinisi. Google turut merayakan diakuinya Kapal Pinisi Indonesia asal Sulawesi Selatan oleh UNESCO badan dunia untuk bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya sebagai Intangible Cultural of Humanity atau Warisan Budaya Tak Benda.

Dalam keterangannya, Google menampilkan ilustrasi Google Doodle berupa Kapal Pinisi karya illustrator Google Angki Purbandono, seorang insinyur yang juga seniman. Google menampilkan Doodle Kapal Pinisi dalam rangka turut merayakan diakuinya Kapal Pinisi Pinisi Indonesia asal Sulawesi Selatan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda.

UNESCO mengakui Kapal Pinisi Indonesia asal Sulawesi Selatan sebagai Warisan Budaya Tak Benda dunia pada Kamis 7 Desember 2017 lalu pada persidangan ke 12 di Pulau Jeju Korea Selatan. Dalam persidangan yang diikuti 175 negara, 24 negara anggota komite menetapkan Kapal Pinisi Indonesia masuk dalam enam  List of Intangible Cultural Heritage in Need of Urgent Safeguarding, dan 35 nominasi untuk kategori Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.

Mengutip dari laman resmi Kemenparekraf, disebutkan kapal Pinisi sudah ada sejak 1500-an di Indonesia. Kapal Pinisi menjadi srana trasfortasi laut digunakan oleh pelaut Konjo, Bugis, dan Mandar asal Sulawesi Selatan untuk mengangkut barang dalam berdagang antar pulau.

Kapal Pinisi sangat mudah dikenali di perairan karena ciri khasnya berupa penggunaan 7 hingga 8 layar. Juga 2 tiang utama pada bagian di depan dan belakang kapal.

Selain itu, kapal tradisional Indonesia ini juga terbuat dari kayu. Umumnya ada empat jenis kayu yang biasanya digunakan untuk membuat kapal pinisi, yaitu kayu besi, kayu bitti, kayu kandole atau punaga, dan kayu jati.

Di Indonesia, pembuatan kapal pinisi berada di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, tepatnya berada di tiga desa, yaitu Desa Tana Beru, Bira, dan Batu Licin. Masih dilakukan dengan cara tradisional, pembuatan kapal pinisi tidak bisa dilakukan sembarangan. 

Proses pembuatan kapal pinisi terbagi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama dimulai dari penentuan hari baik untuk mencari kayu untuk membuat kapal pinisi. Biasanya, ‘hari baik’ mencari kayu jatuh pada hari ke 5 atau ke 7 pada bulan pembuatan kapal yang diyakini melambangkan rezeki yang ada di tangan, dan selalu mendapat rezeki. 

Tahap kedua pembuatan kapal pinisi masuk ke proses menebang, mengeringkan, dan memotong kayu. Kayu-kayu tersebut kemudian dirakit menjadi setiap bagian kapal pinisi. Tahap kedua inilah yang memakan waktu lama, bahkan hingga berbulan-bulan.

Pada tahap ketiga adalah proses peluncuran kapal pinisi ke laut. Namun, sebelum diluncurkan, biasanya diadakan upacara maccera lopi, atau menyucikan kapal pinisi. Upacara ini ditandai dengan kegiatan menyembelih sapi atau kambing. Dengan perhitungan, jika bobot kapal kurang dari 100 ton, maka yang disembelih adalah kambing, sedangkan kalau di atas 100 ton berarti sembelih sapi.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah