Gamelan Sekaten, Seni Tradisi Saat Hari Raya Idul Adha

- 5 Juni 2024, 08:52 WIB
Gamelan Sekaten ditabeuh di Siti Hinggil Bangsal Sekaten, Keraton Kanoman Kota Cirebon, dina bulan Mulud sawatara waktu ka tukang.
Gamelan Sekaten ditabeuh di Siti Hinggil Bangsal Sekaten, Keraton Kanoman Kota Cirebon, dina bulan Mulud sawatara waktu ka tukang. /

PORTAL BANDUNG TIMUR - Jawa Barat memiliki tradisi unik dalam merayakan Idul Adha, salah satunya yaitu Tradisi Gamelan Sekaten di Cirebon. Tradisi ini konon merupakan peninggalan dari Sunan Gunung Jati kala menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa, khususnya Jawa Barat.

Gamelan Sekaten selalu digelar di Cirebon setiap ada hari besar keagamaan, termasuk saat Hari Raya Idul Adha. Alunan gamelan dibunyikan di sekitar Keraton Kasepuhan Cirebon, sebagai penanda bahwa umat Muslim di Cirebon merayakan hari kemenangan. Rangkaian gamelan biasanya dibunyikan sesaat setelah Sultan Keraton Kasepuhan usai melaksanakan Shalat Ied, dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Parade tradisi Gamelan Sekaten selalu digelar di Cirebon setiap ada hari besar keagamaan, termasuk saat hari raya Idul Adha. Dengan begitu, Bagi yang berkunjung ke Cirebon saat Idul Adha, jangan melewatkan keseruan menyaksikan langsung tradisi Gamelan Sekaten yang telah melegenda ini.

Dari informasi yang berhasil dihimpun, Gamelan Sekaten awalnya digunakan oleh Sunan Gunung Jati sebagai media dakwah untuk mengislamkan masyarakat Cirebon yang masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Untuk menarik minat masyarakat, Sunan Gunung Jati memainkan gamelan dengan meminta bayaran berupa pembacaan dua kalimat syahadat (syahadatain) dari penonton.

Dijelaskan, nama Sekaten berasal dari kata syahadatain yang merujuk pada bayaran tersebut. Dimana saat itu, masyarakat yang ingin menyekasikan penampilan Gamelan Sekaten, diharuskan membacakan dua kalimat syahadat sebagai barayanya. Gamelan Sekaten yang digunakan saat ini telah berusia lebih dari 600 tahun dan dianggap memiliki nilai kesakralan yang tinggi.

Alunan gamelan akan mengalun dari pagi hingga siang hari sebagai penanda umat Muslim merayakan hari kemenangan. Meski bernafaskan Islam, tradisi ini juga menampilkan akulturasi budaya dengan tetap menghadirkan sesaji dan ritual adat dalam penyajiannya. Hal ini menjadikan Gamelan Sekaten sebagai tradisi yang khas dan menarik untuk disaksikan hingga saat ini.

Tradisi Gamelan Sekaten menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Cirebon. Selain menikmati kemeriahan hari raya, pengujung juga dapat menyaksikan kekayaan budaya dan tradisi masyarakat setempat yang telah berlangsung selama ratusan tahun.

Upaya pelestarian tradisi ini terus dilakukan agar warisan budaya bersejarah dari Sunan Gunung Jati dapat tetap lestari dan dinikmati oleh generasi mendatang.

Selain di Cirebon, Gamelan Sekaen juga dikenal di Yogyakarta dan Surakarta. Namun ada beberapa perbedaan antara Gamelan Sekaten di Cirebon dengan di Yogyakarta dan Surakarta. Salah satu perbedaan yang paling menonjol adalah ukuran gamelan. Ukuran gamelan sekatendi Cirebon cenderung lebih kecil dibandingkan dengan ukuran gamelan sekaten di Yogyakarta dan Surakarta. Meskipun terbuat dari bahan yang sama yaitu perunggu, gamelan sekaten Cirebon memiliki bilah yang lebih tipis.

Halaman:

Editor: Andriansyah Andrie


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah