Ridwan Kamil Petik Hikmah dan Pelajaran atas Peristiwa Meninggalnya Eril

- 13 Juni 2022, 12:58 WIB
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dan Istrinya Attalia menaburkan bunga dan air di makam anak sulung mereka Eril.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dan Istrinya Attalia menaburkan bunga dan air di makam anak sulung mereka Eril. /Youtube Humas Jabar

PORTAL BANDUNG TIMUR - Prosesi pemakaman putra sulung Gubernur Jawa Barat, Emmeril Kahn Mumtadz (Eril) di Pemakaman Keluarga di Kawasan Cimaung Kabupaten Bandung berlangsung khidmat. Suasana duka begtu terasa, dalam setiap tahapan prosesi pemakaman. Diawali dengan kumandang adzan, yang dilanjutkan lantunan shalawat yang mengiringi prosesi pemakaman jenazah.

Dalam kesempatan tersebut, Ayahanda Eril yang akrab disapa Kang Emil menyampaikan terima kasih kepada semua pihak baik di tingkat pusat, daerah dan kabupaten termasuk kepada seluruh masyarakat  yang selalu hadir dan mendoakan.

Kang Emil mengakui dirinya beserta keluarga dapat memetik hikmah dan pelajaran sangat berharga dari peristiwa meninggalnya Eril.  Menurutnya,  selama 14 Hari, Allah memberikan petunjuk untuk mengambil pelajaran dari apa yang dilihat, didengar dan didoakan. 

Baca Juga: Jembatan Cinta Jadi Tempat Menyampaikan Duka Cita Warga Kota Cimahi Bagi Eril

“Empat belas hari bisa terasa pendek dalam hidup rutin yang sehari-hari. Tapi empat belas hari ini, menjadi begitu panjang dalam kehidupan kami. Kami  bertanya-tanya mengapa harus selalu hidup tidak terlalu lama mengharu-biru, tapi waktu adalah rahasia Allah yang muskil bisa dipecahkan apalagi menyangkut tentang kelahiran dan kematian waktu adalah relatif, begitulah kata orang-orang yang arif,” ungkap Kang Emil di lokasi pemakaman, Senin, 13 Juni 2022.

Kang Emil mengatakan, dalam rentang empat belas hari yang  dirasakannya sangat melelahkan, namun pihaknya pun mendapatkan banyak pelajaran dan menerima kearifan tentang hidup Eril yang secara kasat mata rasanya terlalu singkat, tapi setelah dicermati ternyata kehidupannya sangat padat penuh manfaat. 

“23 tahun mungkin belum cukup untuk menghasilkan karya-karya yang besar, namun terbukti ternyata memadai untuk menjadi manusia yang dicintai dengan Akbar.  Kami belajar tentang hidup yang tidak semata terdiri atas lamanya hari, tapi tentang tiap hela nafas yang dipakai berbuat baik walau kecil dalam sehari-hari ” ungkapnya.

Lebih jauh, Kang Emil mengatakan, pihaknya telah mengikhlaskan Eril pergi, karena pihaknya akhirnya menyadari bahwa Allah telah mencukupkan seluruh amal-amalnya untuk menutupi kemungkinan bertambah kekhilafannya.

Baca Juga: Eril di Lepas Ribuan Masyarat dari Gedung Pakuan Menuju Tempat Peristirahatan Terakhir

“Mungkin akan berat, tapi kami sebenarnya sudah menyiapkan hati kalau kami tidak akan pernah lagi melihat jasadnya untuk terakhir kali. Bukankah Eril lahir di New York yang berada jauh di seberang . Mengapa tidak jika ia wafat di Swiss yang jauhnya juga tidak berbilang. Bukankah tiap sejengkal tanah adalah milik Allah yang menentukan segala pergi dan pulang,” lanjutntya. 

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x