Pemerintah akan Stop Ekspor Bahan Mentah Ke Luar Negeri, Meski Teracam Sanksi Oleh Uni Eropa

- 1 Maret 2022, 12:30 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Presiden Joko Widodo (Jokowi). /

PORTAL BANDUNG TIMUR - Pemerintah Indonesia saat mulai sekarang dikabarkan tidak akan lagi mengekspor bahan mentah ke luar negeri. Presiden Joko Widodo menegaskan, hal tersebut merupakan transformasi ekonomi yang dimulai dari hilirisasi industri, yang tidak lagi mengandalkan ekspor bahan mentah, melainkan pada ekspor barang setengah jadi atau barang jadi.

"Sejak zaman VOC 400 tahun yang lalu, kita mengirim bahan mentah, sampai sekarang juga mentah. Itu harus kita stop, stop, stop. Kita tidak dapat apa-apa," tegas Presiden Joko Widodo saat menghadiri Pembukaan Rapat Pimpinan TNI-Polri Tahun 2022 di Jakarta Timur, seperti dilansir Portal Bandung Timur dari Kantor Berita Antara, Selasa, 1 Maret 2022.

Menurut Presiden, sejak 400 tahun lalu, Indonesia hanya mengandalkan penjualan bahan-bahan mentah, baik komoditas tambang, hingga pertanian dan perkebunan.

"Penjualan bahan mentah tidak menghasilkan nilai tambah bagi Negara, termasuk pada penciptaan lapangan kerja dari industrialisasi, bea keluar, PPN hingga Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)," ungkapnya.

Oleh sebab itu, Kepala Negara memerintahkan untuk menghentikan ekspor nikel sejak 2020. Kemudian pada tahun ini, Indonesia juga berencana stop ekspor bauksit.

Presiden mengakui bahwa rencana kebijakan larangan ekspor bauksit ini berpotensi mendapatkan sanksi dari Uni Eropa. Namun, langkah tersebut diperlukan agar Indonesia bisa mendapatkan nilai tambah melalui pengolahan bahan mentah, seperti nikel, bauksit dan tembaga.

"Ini yang namanya transformasi ekonomi. Nikel dulu, meskipun kita masih dibawa WTO, digugat oleh Uni Eropa. Kalau kita tidak berani mencoba seperti itu, tidak berani melakukan seperti itu, sampai kapan pun yang kita kirim hanya bahan mentah," kata Presiden.

Transformasi ekonomi melalui industrialisasi, kata Presiden, dilakukan agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya bertumpu pada sektor konsumsi yang berkontribusi sebesar 56-58 persen.(syiffa ryanti)***

Editor: Agus Safari

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah