Jangan Dipendam, Berikut Tiga Seni Melampiaskan Keluhan Secara Positif, Wajib Dicoba!

- 27 Juni 2024, 20:03 WIB
ilustrasi Tiga Seni Melampiaskan Keluhan Secara Positif, jangan dipendam
ilustrasi Tiga Seni Melampiaskan Keluhan Secara Positif, jangan dipendam /Pixabay/Engin Akyurt

PORTAL BANDUNG TIMUR – Semua orang pasti pernah mengeluh, terlebih kalau baru saja mengalami kejadian buruk. Tapi ada yang mengeluhnya sebentar, ada yang lama. Ada yang sering, ada juga yang jarang.

Nah, sebagian besar dari kita mungkin beranggapan bahwa mengeluh itu kegiatan yang sepenuhnya negatif. Tapi gimana ya pandangan kesehatan tentang mengeluh ini?

Penyebab Seseorang Mengeluh

Sebelum lebih jauh, mari kita bahas penyebab dari keluhan itu. Pertama, seseorang terdorong untuk mengeluh ketika mengalami suatu hal buruk yang ada di luar kontrol kita.

Misalkan ketika dalam perjalanan, menemukan jalan-jalan berlubang. Itu kan terjadi di luar kontrol kita, sehingga tak mungkin untuk menghindarinya.

Kedua, selain tak bisa mengontrol, kita pun enggan menerima bahwa kita tak bisa mengontrol itu.

Ketiga, mengeluh terjadi karena kita merasa tak bisa merubah kejadian buruk. Contohnya ketika tahu jalannya berlubang, kita merasa tak bisa berbuat apa-apa. Mencari jalan yang mulus namun jalurnya memutar rasanya terlalu memakan waktu, oleh sebab itulah seseorang mengeluh.

Dampak Mengeluh

Terlalu banyak mengeluh dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan baik secara fisik maupun psikologis seseorang. Seperti halnya mengeluh yang umumnya membuat kita hanya berfokus pada masalah, bukan solusi.

Selain itu, sering mengeluh dapat menyebabkan seseorang menjadi mudah marah, pesimis, hingga menguras energi orang lain.

Seorang Penulis, Jon Gordon dalam bukunya yang berjudul The No Complaining Rule (2008) mengatakan bahwa setiap mengeluh, sinaps-sinaps di otak akan melakukan proses bernama neuroplasticity.

Ketika terus mengeluh, yang akan ter-trigger di otak ialah sel-sel otak yang negatif. Artinya hal tersebut akan menjadi kebiasaan dan membentuk diri seseorang menjadi pribadi yang negatif.

Di samping itu, mengeluh juga bisa merusak bagian otak tertentu, terlebih hippocampus. Hippocampus ialah bagian otak yang berkaitan dengan memori dan kendali perasaan.

Orang dengan hippocampus lebih kecil dari orang normal biasanya adalah orang yang memiliki gangguan mental, memiliki ingatan yang kurang baik, serta kesulitan mengendalikan emosi.

Cara Mengeluh yang Tepat

Dilihat dari dampak buruk yang ditimbulkan, mengeluh secara berlebihan haruslah diminimalisir. Namun, hal itu bukan berarti kita boleh mengeluh sama sekali karena sejatinya mengeluh merupakan hal yang wajar dalam hidup. Oleh karenanya, penting untuk memahami bagaimana cara mengeluh yang tepat.

Pertama, luapkan di tempat yang tepat serta terdapat tujuan yang jelas. Contohnya ketika kita mengunjungi sebuah kafe dengan pelayanan yang buruk. Alih-alih mengeluh kepada teman, keluhkanlah pada pihak dari kafe tersebut. Selain untuk mendapatkan solusi, hal itu juga dapat menjadi evaluasi untuk kafe tersebut agar menjadi lebih baik.

Kedua, hindari mengeluh di sosial media pribadi, terlebih kalau menggunakan bahasa yang kurang pantas. Karena ini bisa jadi tergolong ke dalam cyber bully. Keluhan pelayanan kafe itu ke tempatnya, seperti kolom review di Google Maps. Dengan mengeluh secara asertif dan sopan, bisa jadi kita akan mendapatkan kompensasi dari keluhan kita itu.

Ketiga, ubah mindset dengan menerima bahwa ada hal yang tak bisa kita kontrol. Daripada energi habis hanya untuk mengeluh, cari tahu apa yang bisa kita lakukan. Saat ini ada banyak orang-orang kreatif, tinggal satukan pendapat lintas pikiran untuk mencari solusi bersama. Daripada terus menyalahkan pemerintah atau pihak lain yang tak bisa kita kontrol. ***

Editor: Dharmasurya Denni


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah