Kesetiaan Herman Sutardjo Menjaga Amanat

- 2 November 2020, 19:50 WIB
PEKERJAAAN menjaga dan memeliharan makam Cina dilakukan Herman Sutardjo (76) dipemakaman Cikadut Kel. Jatihandap kec. Mandalajati Kota Bandung dilakukan karena amanat pemilik.***
PEKERJAAAN menjaga dan memeliharan makam Cina dilakukan Herman Sutardjo (76) dipemakaman Cikadut Kel. Jatihandap kec. Mandalajati Kota Bandung dilakukan karena amanat pemilik.*** /Heriyanto Retno/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Entah sampai kapan profesinya sebagai penjaga dan pemelihara makam cina akan terus dijalani Herman Sutardjo (76). Selama tubuhnya masih memiliki tenaga, dan ototnya masih kuat mengayunkan sabit, kebersihan makam-makam yang menjadi tanggung jawabnya sejak tahun 1971 tetap akan dipeliharanya.

“Kalau melihat usia yang kian menua dan tubuh kian renta, apalagi pekerjaan yang harus dilakukan. Daripada diam dirumah tidak karuan, mending membersihkan makam setiap pagi hari sambil berjemur,” ujar Herman Sutardjo diiringi senyumnya yang selalu menghiasi wajah keriputnya.

Meski diantara penjaga makam Cina di Pasir Cina, Cikadut, Kecamatan Mandalajati Kota Bandung dikenal lebih banyak berdiam diri tapi juga sangat telaten, dan bila diajak berbicara tentang makam-makam tua yang dijagannya, Bah Herman selalu menolak. Dengan alasan tidak baik membicarakan orang yang sudah meninggal, apalagi dekat makamnya.

Baca Juga: Juara 2 Lembur Tohaga Lodaya

Pria kelahiran Rancabango, Bayongbong, Kab. Garut ini lebih senang diajak berbicara masa lalunya. Profesi dirinya saat masih remaja menjadi bagian dari sejarah membangun bangunan karya-karya  Soekarno

“Pada tahun 1940an saya ikut dengan saudara-saudara menjadi tukang bangunan di Jakarta. Banyak gedung di Jakarta dengan arsiteknya Sukarno (Presiden RI pertama), saya dan saudara bangun, seperti rumah di Jalan Keramat Sentiong yang pada masa PKI digunakan PT Karya,” ujar Herman yang diusia senjanya masih ingat bangunan-bangunan yang turut dibangunnya dengan arsitek Ir. Sukarno.

Namun karena kondisi Kota Jakarta yang semakin tidak menentu, bahkan setelah Soekarno lengser atau tepatnya dilengserkan, Herman berniat pulang kampung. Namun niatnya urung dilakukan karena mertuanya yang berprofesi sebagai pembuat makam Cina meminta dirinya untuk membantu.

Baca Juga: Token Listrik Gratis, Ini Langkah Yang Harus Ditempuh

“Apalagi waktu itu belum banyak tukang yang mau menerima membuat makam. Padahal untuk setiap bangunan makam dengan model sederhana jenis rahim ibu dihargai Rp 2 juta, sedangkan untuk model pagoda mulai harga Rp. 10 juta,” ujar bapak dari 6 anak dan kakek dari 26 cucu dan 6 buyut.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x