Seni Pahat Tembaga Galeri Seni Pernawa, dari Panyadaan Cimenyan ke Seantero Nusantara

- 14 Oktober 2023, 15:41 WIB
Sejumlah pekerja yang juga warga di Kampung Panyandaan, Desa Mandala Mekar, Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung sedang menyelesaikan pahatan di lempengan tembaga di Gaeri Seni Pernawa Panyandaan.
Sejumlah pekerja yang juga warga di Kampung Panyandaan, Desa Mandala Mekar, Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung sedang menyelesaikan pahatan di lempengan tembaga di Gaeri Seni Pernawa Panyandaan. /Portal Bandung Timur/heriyanto/

PORTAL BANDUNG TIMUR – Siapa sangka dari tangan masyarakat di Kampung Panyandaan, Desa Mandala Mekar, Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung telah melahirkan banyak maha karya seni yang tersebar hampir diseantero Nusantara. Karya-karya seni yang berupa pahatan relief berbahan tembaga, kuningan dan perunggu, menjadi ornament penghias dan menciptakan kemegahan gedung maupun bangunan.

Ada banyak masyarakat yang tidak mengetahui perkampungan yang berada di kawasan perbukitan Bandung Utara, yang jaraknya tidak lebih dari 3 kilometer dari Terminal Bus Cicaheum. “Pada masa lalu masyarakat Panyandaan tidak beda jauh dengan masyarakat umumnya yang tinggal dikawasan perbukitan Cimenyan dan Cilengkrang, bercocok tanam ketela pohon untuk kebutuhan tepung ketela bahan roti warga Belanda dan Eropa di Kota Bandung, bahkan di Batavia (Jakarta),” terang Amin (71), salah seorang sesepuh warga Panyandaan.

Hasil ketela pohon (singkong) kualitas bagus menurut Amin dikirimkan warga ke pabrik tapioca di daerah Cibiru. Sementara sisanya dipergunakan warga untuk membuat gaplek dan peuyeum ketela. “Hingga saat ini Cimenyan dikenal sebagai penghasil utama Peuyeum Bandung,” ujar Amin.

Baca Juga: Pameran Seni Rupa Karya Komunitas Taman Kota, Lewat Ide Mengalir Bak Air

Seiring dengan perubahan yang terjadi, memasuki masa pemberontakan (PKI dan DI/TII) wilayah perbukitan banyak dijadikan persembunyian karena banyak menghasilkan kebutuhan bahan pokok warga Kota Bandung. Terhadap hal tersebut banyak warga yang memilih mengungsi dan mereka yang bertahan lebih memilih menanam singkong dan umbi-umbian.

Setelah pemberontak dapat ditumpas, banyak warga yang kembali ke perbukitan untuk kembali bercocok tanam. “Namun karena minim pengetahuan warga yang kembali dari merantau ke perkotaan tidak mampu kembali bekerja dikebun atau sawah dan menjual tanah ke pemilik pabrik, dan hingga kini masyarakat lebih banyak sebagai penggarap,” terang Amin.

pekerja menyelesaikan pahatan di lempengan tembaga di Galeri Seni Pernawa.
pekerja menyelesaikan pahatan di lempengan tembaga di Galeri Seni Pernawa.
Mereka yang menjual lahannya menurut Amin ada yang masih bertahan dengan menjadi pengolah dan penjaga lahan, tapi ada juga yang beralih ke profesi lain sebagai pengrajin keperluan rumah tangga dari bambu atau kayu. “Tapi tidak sedikit yang juga menjadi pengrajin pembuat angklung dan dogdog serta wayang golek, dan seiring dengan banyaknya galeri seni juga diajak dan diajarkan oleh pemilik galeri,” cerita Amin tentang asal muasal keterlibatan warga dalam kegiatan seni kriya.

Kehadiran karya Galeri Seni  Pernawa  di Kampung Panyandaan, Desa Mandala Mekar, Kecamatan Cimenya Kabupaten Bandung menjadikan nama Kampung Panyandaan jadi dikenal sebagai gudangnya pengrajin batu yang selama ini banyak dikenal. Tetapi juga kriya bambu dan juga kini kriya berbahan logam.

Baca Juga: Festival Musik Bambu Jawa Barat Upaya Pelestarisn Seni Tradisi oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX

Salah satu karya monumental adalah lenticular panel burung phoenix  yang menghiasi Museum Batik Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah. Lenticular panel yang bila dilihat dari sisi kiri maka akan tanpak motif batik burung phoenix atau burung hong dengan latarbelakang motif Kawung. Di sisi kanan akan tampak motif Sawunggaling dan Parang.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x