Gempa di Tengah Krisis Ekonomi dan Kemanusiaan, Pemimpin Taliban Minta Bantuan Internasional

- 23 Juni 2022, 15:03 WIB
Bangunan yang porak poranda akibat gempa berkekuatan magnitudo 6.1 di kawasan pemukiman distrik Barmal, Paktika Afghanistan. Krisis keuangan dan kemanusiaan pasca  pengambilalihan Taliban mengakibat proses penanganan sulit.
Bangunan yang porak poranda akibat gempa berkekuatan magnitudo 6.1 di kawasan pemukiman distrik Barmal, Paktika Afghanistan. Krisis keuangan dan kemanusiaan pasca pengambilalihan Taliban mengakibat proses penanganan sulit. /Tangkapan layar YouTube MSC/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Pemerintah Taliban menemui kesulitan untuk melakukan penanganan gempa paling mematikan dalam beberapa dasawarsa melanda Afghanistan timur, Selasa 21 Juni 2022 malam waktu setempat.

Pasca gempa yang menewaskan sedikitnya 1.000 orang, bahkan jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat pemimpin tertinggi Taliban, Mullah Hibatullah Akhundzada, meminta bantuan internasional.

Gempa berkekuatan 6,1 melanda pedesaan, daerah pegunungan di provinsi Paktika dan Khost dekat perbatasan Pakistan pada Selasa malam dan Rabu pagi waktu setempat, meratakan rumah-rumah ketika orang-orang tidur di dalam. 

“Lebih dari 1.000 orang tewas dan lebih dari 1.500 lainnya terluka di distrik Gayan dan Barmal di Paktika,  angka tersebut diperkirakan akan meningkat,” terang Kepala Departemen Informasi dan Kebudayaan di Paktika, Mohammad Amin Huzaifa, sebagaimana dikutip dari situs ArabNews.

Baca Juga: Tunggu Dropping Vaksin, Vaksinasi Hewan PMK di Kota Bandung Terhambat

Dalam pertemuan darurat, pemerintah Afghanistan menyetujui 100 juta  (1,1 juta dolar Amerika) untuk  bantuan. Pemimpin tertinggi Taliban, Mullah Hibatullah Akhundzada,  meminta bantuan masyarakat internasional karena negara sudah menghadapi krisis keuangan dan kemanusiaan.

“Kami juga meminta masyarakat internasional, organisasi bantuan dan lembaga kemanusiaan untuk mendukung rakyat Afghanistan selama bencana besar ini, dan membantu para korban sebanyak mungkin,” katanya Mohammad Amin Huzaifa, serata menambahkan bahwa tawaran bantuan segera datang dari Pakistan.

Gempa Selasa 21 Juni 2022 malam adalah yang paling mematikan di Afghanistan sejak 1998. “Pada waktu itu gempa berkekuatan 6,5 SR menewaskan lebih dari 4.000 orang di provinsi Takhar di utara negara itu,” tambah Mohammad Amin Huzaifa.

Baca Juga: Candi Bojongmenje Rancaekek Memprihatinkan

Sementara Sakhi Rahman, seorang penduduk Paktika, mengatakan bahwa fasilitas medis di provinsi itu kewalahan oleh korban. “Kami mungkin memiliki maksimal 300 hingga 400 tempat tidur rumah sakit di seluruh provinsi,” katanya. “Kami membutuhkan ambulans dan helikopter untuk memindahkan yang terluka ke Kabul dan provinsi lain di mana mereka dapat menerima perawatan yang tepat dan tepat waktu.”

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x