Baca Juga: Cileunyi Sumedang Dawuan Akan di Buka Fungsional Dukung Mudik Lebaran 2023 Mulai 15 April 2023
Rombongan Imam Husain yang hanya berjumlah 72 orang, diperangi habis-habisan oleh pasukan tentara yang berjumlah 40 ribu orang, tentu saja tak seimbang. Keluarga Ahlul bait yang terhormat itu, semua gugur dalam pertempuran di Karbala, termasuk Imam Husain, cucu Nabi yang tercinta.
Yang tersisa hanyalah 20 orang kaum wanita, termasuk Zainab Al Kubra adik Imam Husain bersama 12 anak-anak dari kaum Bani Hasyim (Ahlul-bait). Mereka dijadikan tawanan, dan diarak menuju Kufah bersama penggalan kepala para syuhada yang ditancapkan di ujung tombak para prajurit biadab.
Di hadapan para pemimpin zalim dan haus darah dinasti Umayyah, Zainab Al Kubra Sang Srikandi Karbala itu tanpa takut mengecam sikap mereka. Zainab Al Kubra membela kebenaran Ahlul bait Nabi Muhammad Shalallahu allaihi wassalam.
Zainab Al Kubra menilai Imam Husain as dan sahabat-sahabatnya sebagai pemenang. Pidatonya yang lugas, fasih dan mematikan di istana Yazid, dan juga di hadapan Gubernur Ibnu Ziyad, sungguh mempengaruhi hadirin yang membuat mereka kembali mengenang ayahnya, Imam Ali as. Zainab Al-Kubra adalah matahari bersinar dalam sejarah Islam dan kemanusiaan.
Sebelas tahun sudah berlalu sejak drama ini dipentaskan 2012 silam, dan 5 tahun dipentaskan terakhir kalinya (2018), persoalan yang hendak disampaikan lewat drama ini masih tetap sama namun sangat kontekstual dengan zaman sekarang, di mana agama menjadi semacam kedok untuk meraih kekuasaan. Pada akhirnya tak dapat dipungkiri, agama menjadi perisai utama dalam kancah politik di belahan dunia mana pun, dan di zaman kapan pun.
Pentas drama musikal ini digarap secara semi-kolosal, dengan didukung tak kurang dari 50 pemain. Konsep garapnya memadukan seni drama, nyanyian (seni musik), dan seni tari (gerak/koreo), dengan media dialognya menggunakan bahasa Sunda. (may nurohman)***