Djiaw Kiang Lin dan Liaw Ching Lan Jaga Rumah Soekarno Hatta Susun Teks Proklamasi

- 11 Juni 2023, 07:07 WIB
Pasangan suami istri Djiaw Kiang Lin dan Liaw Ching Lan yang akrab disapa Bapak dan Ibu Yanto  di teras rumah sejarah Djiaw Kie Siong di Kampung Bojong, Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.
Pasangan suami istri Djiaw Kiang Lin dan Liaw Ching Lan yang akrab disapa Bapak dan Ibu Yanto di teras rumah sejarah Djiaw Kie Siong di Kampung Bojong, Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. /Portal Bandung Timur/Suci Nurrohmah/

Salah satu bagian dalam rumah Djiaw Kie Siong di Kampung Bojong Desa Rengasdengklok Selatan Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang.
Salah satu bagian dalam rumah Djiaw Kie Siong di Kampung Bojong Desa Rengasdengklok Selatan Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang.
Pada peristiwa Rengasdengklok kala itu Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta dibawa oleh golongan muda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu Soekarno-Hatta datang pada 15 Agustus 1945 ke rumah milik Djiaw Kie Siong itu.

Baca Juga: MAU Healing, ke Desa Wisata Bojonggambir Aja

Rumah itu dibangun pada 1920 oleh Djiaw Kie Siong dan dinyatakan menjadi rumah sejarah pada 1960. Rumah ini berada tidak jauh dari pusat kota Karawang yakni terletak di Kampung Bojong, Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, sekitar 300 meter dari Tugu Kebulatan Tekad yang berada di sisi jalan.

Menengok rumah tersebut kita akan masuk pada pemukiman warga. “Orang hanya mengetahui tugu kebulatan tekad saja karena itu dipublikasi diberikan petunjuk arah menuju tugu sedangkan rumah orang hanya mengandalkan bertanya saja, apalagi dahulu masyarkat sekitar saja tidak mengetahui, sekarang sudah mudah diakses namun ya masih tetap kurang dikenal” ujar Ibu Yanto.

Berkunjung kesana pada hari biasa akan terasa sangat sepi, masyarakat lebih banyak berkunjung pada hari hari weekend dan hari hari libur nasional. “Ya paling rame kalau bulan Agustus neng, banyak dari sekolah sekolah yang dateng, biasanya juga ada dari institusi. Kalau hari biasa ya sepi” Ujar Ibu Yanto.

Tempat tidur di rumah Djiaw Kie Siong yang dijadikan Soekarno  saat diasingkan sebelum membuat teks Proklamasi bersama Mohammad Hatta.
Tempat tidur di rumah Djiaw Kie Siong yang dijadikan Soekarno saat diasingkan sebelum membuat teks Proklamasi bersama Mohammad Hatta.
Terkadang juga terdapat para tokoh pemrintah yang berkunjung namun tidak sering. Kurangnya Publikasi membuat rumah ini lama kelamaan mulai terlupakan. Pemerintah dan Kita perlu sekali mengenalkan sejarah melaui berbagai media agar kita tidak kehilangan sejarah. Kesadaran akan pentingnya sejarah sangat diperlukan untuk membentuk anak bangsa yang mencintai tanah airnya.

Baca Juga: Sampah dan Pa Dede, Akrab dengan Bau Busuk Sampah Demi Kenyamanan Warga

Terlihat sederhana, ternyata rumah itu sudah berusia satu abad yakni 103 tahun. Namun tetap kokoh hingga saat ini, barang barang hingga material rumahnya pun masih asli. Ke 95 persen material serta barangnya tidak ada yang diubah.

Ketika masuk kita akan lihat bangunan tersebut yang masih menggunakan kayu serta lantai yang menggunakan bata. Terdapat dua kamar di dalamnya disebelah kanan kita dapat melihat langsung kamar Ir.Soekarno dengan ranjangnya serta terdapat bangku dan meja, kemudian disebelah kiri kita dapat melihat kamar Mohammad Hatta.

“Dulunya tembok ini di,lapisi kapur sirih terus tahun 1980an kita cat ya mengikuti zaman ya. Kasur sama kelambunya pun kita ganti terus sekarang kasurnya udah diganti 2 kali, kelambu juga kita ganti karena kelambu lama kelamaaan bisa tepo (rusak)” ujar Ibu Yanto.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x