Goenawan Mohamad Pameran Tunggal di Lawangwangi Creative Space

- 3 Februari 2024, 01:04 WIB
Goenawan Mohamad dan Sunaryo membincangkan pameran retrospektif Goenawan Mohamad bertajuk "Sejauh ini...." di Lawangwangi Creative Space, Bandung, Jumat 2 Februari 2024
Goenawan Mohamad dan Sunaryo membincangkan pameran retrospektif Goenawan Mohamad bertajuk "Sejauh ini...." di Lawangwangi Creative Space, Bandung, Jumat 2 Februari 2024 /istimewa

PORTAL BANDUNG TIMUR - Tak hanya pandai merangkai kata menjadi kalimat bermakna, Goenawan Mohamad juga dikenal sebagai perupa yang rajin mengadakan pameran. Kali ini, pria yang akrab dipanggil GM atau Mas Goen ini berpameran tunggal di Lawangwangi Creative Space.

GM berpendapat jika proses melukis lebih mudah daripada menulis. Proses menulis lebih sulit dan perlu waktu yang lebih daripada menghadapi material seni rupa; lukisan, drawing serta seni cetak grafis.

“Pengalaman estetik bagi saya bukan ide (tapi) prosesnya ada dua macam ekspresi yang ingin saya katakan. Ekspresi seni yang bersuasana, berangkat dari dalam suasana dan ide," Kata Goenawan dalam Artist Talk di taman belakang Lawangwangi Art Space, Bandung, Jumat petang 2 Februari 2024

"Suasana bagi saya lebih dekat dengan yang ada dalam hati saya. Drawing pertama kali jadi kesukaan saya karena bisa dilakukan di mana saja. (Saya) biasanya gambar orang dan binatang." imbuh GM.

Menurut GM, Seni lahir dari keserderhanaan. Dimana sesuatu yang tidak diguga-duga itulah estetik. Seniman melukis sesuatu yang predictable itu sudah selesai.

GM mengaku banyak belajar dari Devi di studio grafis. Seperti teknik Gumoil print yang banyak warna meski sebenernya, pendiri majalah Tempo ini seringkali merasa
nervous dengan warna.

"Saya (sebenarnya) senang dengan yang tidak terlalu berwarna. Mungkin saya harus tambahkan banyak warna biar lebih laku," katanya.

Dalam pameran restrospektif ini, GM menyajikan karya sketsa drawing, seni grafis, lukisan, artist book dan objek wayang pada tahun produksi 2016 sampai 2024.

Adapun karya terbaru pada pameran yang berlansung dari 2 Februari hingga 2 Maret 2024 ini antara lain, seni grafis dengan teknik cetak Gumoil di atas kertas katun dan lukisan cat minyak di atas kanvas berjudul “Gaza-Kollewitz”.

Ayu Laksmi berpose didepan lukisan portret dirinya di pameran retrospektif Goenawan Mohamad bertajuk "Sejauh ini....." di Lawangwangi Creative Space, bandung, Jumat 2 Februari 2024 petang.
Ayu Laksmi berpose didepan lukisan portret dirinya di pameran retrospektif Goenawan Mohamad bertajuk "Sejauh ini....." di Lawangwangi Creative Space, bandung, Jumat 2 Februari 2024 petang. istimewa


123 Karya GM di Lawangwangi Creative Space


Kurator pameran, Wahyudin mengatakan pameran tunggal GM bertajuk "Sejauh Ini....” menggunakan konsep pameran retrospektif yakni pameran seni rupa yang menandai periode tertentu dan pilihan medium yang lebih lengkap terhadap seorang seniman atas pencapaiannya pada lini masa tertentu yang dianggap penting untuk diberi tanda khusus.

"Sejauh ini, dari 900-an karya akhirnya menjadi 123 karya untuk dipamerkan di Lawangwangi Creative Space, Bandung ini," katanya.

Wahyudin mengaku proses kurasi pameran restrospektif ini cukup menantang dan berlangsung dengan lancar, baik itu dialog dengan Goenawan Mohamad menyoal produksi artistiknya serta pilihan estetik yang mengeskplorasi pelbagai medium seni rupa yang bisa dikerjakan oleh seniman dan sasterawan ini.

45 Persen Karya GM Adalah Cetak Grafis

Master Seni Grafis Devy Ferdianto mengatakan saat ini ada sebanyak 45 persen dari proses kreatif GM adalah karya cetak grafis. Menurutnya, hal Itu luar biasa untuk seorang seniman.

Devi mengungkapkan karena alasan
saking terlalu kompleks tentang teknik grafis ini, maka saat GM dan sejumlah seniman lainnya ke Ubud, Bali dirinya menawarkan plate.

"Karya grafis apa yang cocok untuk seorang sastrawan ? Maka saya tawarkan artist book. Waktu itu terbitlah Kitab Kurawa. Setelah munculah ide ide, Kitab Hewan dan Kitab Hantu. Munculah karya-karya berikutnya. Sehingga lahir 150 plate grafis karya GM sampai sejauh ini.” katanya.

Sementara ini, Asmoedjo J. Irianto, kurator dan akademisi di FSRD-ITB, memberi pandangan bahwa seorang tokoh sastera seperti GM berkarya rupa justru menarik.

"Bagaimana seorang tokoh menunjukan kualitas puitiknya. Karya mas Goen kuat di era digital saat ini, di mana aspek-aspek manual dan mengalir sangat bebas, tidak banyak berfikir atau menunggu gagasan apa atau konsep karya," Kata Asmujo.

"Karyanya bisa disebut sebuah re-estetik dalam artian menjadi puitik karena tidak terbebani oleh konsep atau gagasan atau aspek formalisme dalam seni rupa seperti yang dipertimbangkan oleh perupa muda." imbuhnya.

Karya GM Dikagumi Guru Besar UNPAR

Budayawan dan akademisi filsafat di UNPAR,
Prof. Bambang Sugiharto mengaku sebagai pengagum karya sastra GM.

"Saya selalu menjadi pengagum karya sastera mas Goen. Bila Asmoedjo mengatakan karya mas Goen ini sebuah re-estetik, tapi buat saya karya-karya Goenawan Mohamad ini post-aesthetic karena mas Goen tahu dan paham semua mazhab seni," katanya.

"Karyanya seperti jejak batin apa yang pernah terjadi pada diri mas Goen. Karyanya seperti sebuah emanansi being, ada vibrasi yang langsung menyergap. Gerak waktu yang spontan, otentik.” katanya.

Andonowati, Direktur ArtSociates, mengungkapkan bahwa pameran Goenawan Mohamad di Lawangwangi Creative Space merupakan pameran penting bagi ArtSociates untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman estetik bagi masyarakat luas, khususnya karyakarya Goenawan Mohamad.

Kemudian, pada tanggal 22 Februari 2024 mendatang, ArtSociates akan membuka ruang baru bernama Hibridium di lingkungan Lawangwangi Art Space, khusus untuk karya seni medium hibrid, karya multiple seperti cetak grafis, drawing, dan medium lain yang lebih terjangkau. Pameran perdana di ruang Hibridium akan dikurasi oleh Asmoedjo J. Irianto.****

Editor: Dharmasurya Denni


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah