Pasca Covid-19 pun banyak pedagang buku yang gulung tikar, sebagaimana yang diungkapkan oleh Haris. Sebelum Covid-19 penjual buku berjajar sepanjang Jalan Kautamaan istri, akan tetapi yang bertahan di era yang serba digital ini hanyalah Haris dan berapa penjual buku lainnya. “Dulu banyak dari ujung sini sampai ujung belakang sepanjang jalan kautamaan istri” ujar Haris.
Baca Juga: Menjaga dan Melestarikan Payung Geulis, Warisan Budaya yang Diambang Punah
Keteguhan Haris serta pedagang-pedagang buku lainnya patut diacungi jempol, sebab mereka tetap bertahan di era digitalisasi saat ini. Ia juga bukanlah orang yang menolak dunia digital dan menurutnya kita tidak bisa melawan era digital ini, malah harus mengikuti arusnya. Oleh sebab itu, ia juga menjajakan bukunya di laman marketplace seperti Facebook.
Tidak sedikit orang yang menginginkan belanja secara langsung karena mereka bisa melihat kualitas barang yang ingin dibelinya. Pasar buku Dewi Sartika sebagai kawasan toko buku adalah tempat yang cocok jika ingin membeli buku, khususnya buku bekas dengan harga yang terjangkau. Disana kita bisa memeriksa buku yang akan kita beli, selain itu dengan membeli buku disana secara tidak sadar kita juga sudah membantu membangkitkan UMKM masyarakat kita. (Helmy Ramzi Mushory)***