House of Bosscha, Tempat Peristirahatan Koning Van De Preanger Thee yang Terlupakan

- 28 Juni 2024, 00:14 WIB
Rumah Karel Albert Rudolf Bosscha, di Kampung Malabar, Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung,   masih terjaga keasliannya.
Rumah Karel Albert Rudolf Bosscha, di Kampung Malabar, Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung,  masih terjaga keasliannya. /Portal Bandung Timur/Miftahul Khoir/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Rumah Bosscha merupakan salah satu peninggalan arsitektur zaman kolonial Belanda yang memiliki keunikan tersendiri. Dibangun pada tahun 1896 oleh Karel Albert Rudolf Bosscha, rumah ini berlokasi di Kampung Malabar Desa Banjarsari Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Rumah Bosscha diantara hamparan kebun teh Perkebunan Teh Malabar, Pangalengan tidak hanya memadukan gaya arsitektur Eropa dengan unsur-unsur lokal. Keberadaan rumah yang masih terjaga keaslianya menyimpan sejarah penting dibalik pendiriannya.

Baca Juga: Rumah Bosscha di Pangalengan Kalah Tenar dari Observatorium di Lembang

Rumah Karel Albert Rudolf Bosscha dibangun di tengah perkebunan teh. Bangunan ini terdiri dari beberapa kamar tidur, satu ruang tamu, satu ruang makan, dapur dan satu ruang basement. Bangunan ini tampak sederhana secara fisik dari luar, yang didominasi papan dan kayu.

Rumah ini dikelilingi oleh pemandangan alam yang indah dan kebun teh yang luas, Rumah Karel Albert Rudolf Bosscha mencerminkan keanggunan masa lampau sekaligus menjadi saksi bisu perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia, khususnya di bidang Astronomi. Terlepas fungsinya sebagai tempat tinggal, rumah ini juga menjadi pusat penelitian bagi Observatorium Bosscha, yang hingga kini berperan penting dalam dunia Astronomi Indonesia.

Mengenal Koning Van De Preanger Thee, Bosscha

Karel Albert Rudolf Bosscha, merupakan seorang pria berkelahiran Belanda pada tahun 1865, ia seorang Theeplanter penting di dalam sejarah perkebunan teh di Bandung. Bosscha sering dijuluki sebagai 'Thee Koning' atau Raja Teh dari Perkebunan Malabar.

Baca Juga: Teh Jangkung,  Warisan Preanger Planters Kerkhoven dan Bosscha di Pangalengan

Nama Karel Albert Rudolf Bossch begitu melekat di sanubari para karyawan dan staf di Malabar. Fotonya terpampang jelas di pintu pabrik orthodoks Malabar. Ini lantaran jasanya telah membuka kebun teh sangat luas di tatar Pangalengan.

Berawal pada tahun 1890, Karel Albert Rudolf Bosscha sang juragan berhasil membuka pekebunan teh di Malabar pada ketinggian 1500-1550 mdpl. Untuk menunjang aktivitas perkebunan, Bosscha mendirikan bermacam fasilitas lain mulai dari sekolah hingga membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Peralatan rumah di dalam rumah oleh Karel Albert Rudolf Bosscha, di Perkebunan Teh malabar pangalengan tidak berubah posisinya.
Peralatan rumah di dalam rumah oleh Karel Albert Rudolf Bosscha, di Perkebunan Teh malabar pangalengan tidak berubah posisinya.
Dua PLTA dibangun dengan nama PLTA Cilaki dengan kekuatan 750 KW dan PLTA Citamaga yang digunakan sebagai penerangan perumahan. Pembangkit listrik ini dibangun sembilan tahun setelah perkebunan Malabar berdiri.

Observatorium Bosscha Sumbangsih Kedermawanan Bosscha

Observatorium Bosscha adalah observatorium astronomi yang terletak di Lembang, Jawa Barat, Indonesia. Didirikan pada tahun 1923 dan resmi dibuka pada tahun 1928, observatorium ini adalah salah satu yang tertua dan terbesar di Asia Tenggara. Pendirian Observatorium Bosscha dipelopori oleh Karel Albert Rudolf Bosscha, yang memberikan kontribusi besar berupa dana dan tanah.

Observatorium ini berperan penting dalam penelitian astronomi di Indonesia, melibatkan berbagai kegiatan ilmiah seperti pengamatan bintang, planet, dan fenomena langit lainnya. Selain itu, Observatorium Bosscha juga menjadi pusat pendidikan dan pelatihan bagi mahasiswa serta peneliti astronomi.

Beberapa teleskop terkenal yang dimiliki oleh Observatorium Bosscha termasuk teleskop refraktor Zeiss, yang merupakan teleskop utama untuk pengamatan visual dan fotografi astronomi. Observatorium ini juga terbuka untuk kunjungan umum, memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk belajar lebih banyak tentang astronomi. (Miftahul Khoir)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah