Ustad Didi, Fenomena Alam Gerhana Harus Diyakini Sebagai Bukti Keagungan Allah Sang Maha Agung

8 November 2022, 03:00 WIB
Ilustrasi proses gerhana bulan. /Pixabay/ELG21/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Lasy-syamsu yambagi laha an tudrikal-qamara wa lal-lailu sabiqun-nahar, wa kullun fī falakiy yasbaḥụn. Yang artinya, Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.

“Dalam surah Yasin ayat ke 40 ini sangatlah jelas peredaran matahari dan bulan, serta siang dan malam merupakan ketetapan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Matahari, bulan, dan benda langit besar lainnya memiliki orbit yang telah Allah tetapkan, sehingga ia tidak akan keluar atau menyelisihinya dan dengan begitu alam semesta dan kehidupan menjadi teratur,” terang Ustad Didi Saefulloh seorang pemuka agama di Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung terkait akan terjadinya fenomena alam Gerhana Matahari Total pada Selasa 8 November 2022 malam.

Disampaikan Ustad Didi Saefulloh bahwa ayat ke 4o pada surah Yasin menjelaskan bahwa terjadinya gerhana adalah ketika matahari, bulan, dan bumi berada di satu garis lurus. Jika bulan menghalangi cahaya matahari ke bumi, maka itu adalah gerhana matahari. Jika bumi menghalangi cahaya matahari sampai ke bulan maka disebut dengan gerhana bulan.

Baca Juga: Diona, Api Berasal dari Lantai Dua Gedung Bapelitbang Kota Bandung di Duga Karena Ini

Diingatkan Ustad Didi Saefulloh, peristiwa alam gerhana matahari maupun gerhana bulan, harus diyakini sebagai bukti kebesaran Allah. “Peristiwa gerhana bukan sebagaimana diyakini sebagain masyarakat dulu. Dimana hal tersebut terjadi  ditelannya bulan, atau penanda bencana bagi petani, peternak, dan lainnya. Keyakinan seperti itu tidak benar. Gerhana adalah salah satu bukti akan Kemahakuasaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” tegas Ustad Didi Saefulloh.

Dalam sejumlah tafsir, ayat ke 40 surah Yasin, mengatakan bahwa terjadinya gerhana adalah ketika matahari, bulan, dan bumi berada di satu garis lurus. Jika bulan menghalangi cahaya matahari ke bumi, maka itu adalah gerhana matahari.

Jika bumi menghalangi cahaya matahari sampai ke bulan maka disebut dengan gerhana bulan. Itulah fenomena alam yang kadang terjadi.

Disampaikan Ustad Didi Saefulloh, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan bulan sebagai cahaya, matahari sebagai sumber cahaya. Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan orbit atau garis edar segala benda langit untuk kehidupan manusia di bumi, dan sebagai tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berfikir.

Baca Juga: Ditandatangani Akhir Oktober, DPRD Jabar Setujui Raperda APBD 2023

“Oleh karena itu, marilah kita tinggalkan mitos-mitos ketika terjadi gerhana bulan atau gerhana matahari. Tetapi hal yang harus kita lakukan sebagaimana diajarkan oleh nabi kita Muhammad Shalallahu allaihi wassalam ketika terjadi gerhana adalah mengerjakan sholat, beristighfar banyak mohon ampun dan selalu bertaqarrub kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” ujar Ustad Didi Saefulloh.

Nabi Muhammad Shalallahu Allaihi Wassalam menurut Ustad Didi Saefulloh,  memerintahkan kepada umatnya  bila terjadi gerhana untuk berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mendirikan salat sunnah gerhana, bertakbir dan bersedekah.

“Sebagaimana sabda beliau yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, yang artinya ‘Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka banyaklah berdoa kepada Allah, bertakbirlah, dirikan shalat dan bersedekahlah’,” ujar Ustad Didi Saefulloh mengutip salah satu sabda Nabi Muhammad Shalallahu Allaihi Wassalam dalam hadist riwayat Imam Bukhari.Baca Juga: Komunitas Seni dan Budaya Sunda Dukung Ganjar Pranowo Pada Pilpres 2024

 

Selain itu, menurut Ustad Didi Saefulloh, Nabi Muhammad  juga mengajarkan bahwa ketika gerhana terjadi, hendaknya kita menghadirkan rasa takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. “Sebab, peristiwa tersebut mengingatkan kita dan menyadarkan kita akan tanda-tanda kejadian hari kiamat, atau karena takut azab Allah diturunkan akibat dosa-dosa yang dilakukan,” ujar Ustad Didi Saefulloh.

Diriwayatkan dalam hadist riwayat Muttafaq alaih,  bahwa dalam Salat Kusuf, Rasulullah Shalallahu Allaihi Wassalam diperlihatkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, surga dan neraka. Bahkan, Rasulullah Shalallahu Allaihi Wassalam ingin mengambil setangkai dahan dari surga untuk diperlihatkan kepada mereka.

“Beliau juga diperlihatkan berbagai bentuk azab yang ditimpakan kepada ahli neraka. Karena itu, dalam salah satu khutbahnya selesai salat gerhana, beliau bersabda, ‘Wahai umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis’,” kata Ustad Didi Saefulloh mengutip hadist riwayat Muttafaq alaih.

Disampaikan Ustad Didi Saefulloh bahwa peristiwa ataupun fenomena alam gerhana bulan yang terjadi merupakan bukti keagungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. “Seharusnya mengarahkan kita pada kesadaran akan ketakberdayaan diri kita. Sehingga memunculkan sikap merasa bersalah, memperbanyak istighfar dan selalu mohon ampunan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” pungkas Ustad Didi Saefulloh. (heriyanto)***

Editor: Heriyanto Retno

Tags

Terkini

Terpopuler