Jokowi Sebut Ojo Kesusu, Budayawan: Awas Ada Kuda Hitam

- 29 Mei 2022, 07:06 WIB
Diskusi Akhir Pekan Titik Nol
Diskusi Akhir Pekan Titik Nol /Portal Bandung Timur

PORTAL BANDUNG TIMUR - Politisi Partai Nasdem, Hermawi F. Taslim menilai, pernyataan Presiden Joko Widodo yang mengambil istilah ojo kesusu saat menghadiri salah satu acara Projo, merupakan warning untuk menciptakan ketenagan sekaligus meredam gejolak politik. Menurutnya, Istilah ojo kesusu diungkapkan presiden untuk menenangkan kaum muda sekaligus memberikan harapan.

"Ojo kesusu merupakan satu terminologi yang netral yang dalam konteks kekininian dapat ditafsirkan sesuai dengan kepentingan masing-masing," ungkap Taslim dalam Diskusi Akhir Pekan Titik Nol di Jakarta, Sabtu 28 Mei 2022.

Sedangkan ungkapan Presiden Jokowidodo mengenai, yang kita dukung ada disini, Taslim menilai ungkapan tersebut pun multi tafsir dan dapat bermakna ganda. Ia menangkap bahwa yang kita dukung yang dimaksud presiden adalah Joko Widodo sebagai Presiden RI saat ini.

"Presiden kita ini sangat cerdas dalam memainkan psikologi masyarakat, sehingga meski substansinya biasa-biasa saja, tetapi karena dalam situasi yang sedemikian rupa dapat ditafsirkan macam-macam sehingga dapat juga memicu kemarahan dari beberapa pihak," ungkapnya.

Ia berpendapat, Jokowi mengungkapkan istilah ojo kesusu, karena ia menginginkan ketetengan untuk dapat fokus menghadapi situasi pemulihan bangsa ini usai diterjang gelombang Pandemi Covid-19.

Sependapat dengan Taslim, Budayawan KP Hardi Danuwijoyo menyatakan hal serupa. Menurutnya kata ojo kesusu yang disampaikan Joko Widodo menjadi satu warning agar Projo jangan tergesa-gesa dalam mencalonkan seseorang meskipun yang dicalonkan ada di dalam, karena masih ada kuda hitam.

"Politik jawa dikenal dengan istilah sasmito yang bermakna ini belum sempurna makanya jangan tergesa-gesa kalian, ojo kesusu nanti nubruk-nibruk," kata Hardi dalam acara diskusi tersebut.

Hardi mengatakan, Jokowi berharap Projo tidak tergesa-gesa karena Jokowi melihat masih ada kuda hitam yang masih tersembunyi, yang barangkali ini yang akan jadi.

Hardipun menyarankan para tokoh pimpinan partai politik yang telah mendeklarasikan untuk maju pilpres untuk nonton wayang dengan lakon Wahyu Mangkutoromo, atau Wahyu Cakraningrat, yang mengisahkan tentang sosok yang menerima wahyu keprabon.

"Sosok yang menerima wahyu keprabon yang ternyata seorang yang diam, tidak menonjolkan diri sendiri, tidak blusukan, namun sebenarnya sedang membangun basis rohani," ungkap Hardi.

Halaman:

Editor: Syiffa Ryanti


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah