Prevalensi Stunting Indonesia dari 24,4 persen Tahun 2021 Jadi 21,6 persen Tahun 2022

- 3 Februari 2023, 21:58 WIB
Petugas Posyandu Cempaka RW 15 Keluahan Antapani Tegah lakukan penimbangan dan pengukuran panjang tubuh bayi untuk mengetahui pertumbuhan balita dalam pencegahan stunting.
Petugas Posyandu Cempaka RW 15 Keluahan Antapani Tegah lakukan penimbangan dan pengukuran panjang tubuh bayi untuk mengetahui pertumbuhan balita dalam pencegahan stunting. /Portal Bandung Timur/heriyanto/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Selama masa pandemi Covid-19 prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4 persen di tahun 2021 menjadi 21,6 persen pada tahun 2022. Di masa normal penurunan kasus stunting ditargetkan di angka 14 persen tahun 2024 dapat tercapai.

Hal tersebut disampaikan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin terkait  hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang diperuntukan mengukur target stunting di Indonesia. “Sebelumnya SSGI diukur 3 tahun sekali sampai 5 tahun sekali, tapi mulai 2021 SSGI dilakukan setiap tahun,” ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin.

Dikatakan Menkes Budi Gunadi Sadikin sebagaimana diungkapkan dalam situs resmi Kemenkes SehatNegeriku,  penurunan stunting iterjadi di masa pandemi bukan terjadi di masa biasa. “Penurunan terjadi di masa pandemi, karenanya di masa yang normal tahun (2023) ini penurunan kasus stunting diharapkan bisa lebih tajam lagi sehingga target penurunan stunting di angka 14 persen di tahun 2024 dapat tercapai,” ujar Budi Gunadi Sadikin.

Baca Juga: Mixology, Upaya Kesbangpol Jabar Sampaikan Pesan Agar Generasi Muda Melek Politik

Dari 38 wilayah provinsi di Indonesia menurut Menkes Budi Gunadi Sadikin, penurunan angka stunting paling banyak terjadi di  provinsi Jawa Barat. Kemudian diikuti provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Banten.

''Metode survei seperti ini sudah kita lakukan selama 3 tahun, bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Kita akan perbaiki ke depannya kalau bisa by name by address. Kita usahakan ke sana, tapi kita secara bertahap tetap memakai metode pengukuran yang memang sudah sebelumnya dilakukan,'' ungkap Menkes Budi Gunadi Sadikin.

Dikatakan Budi Gunadi Sadikin, untuk mengejar target penurunan stunting hingga 14 persen, artinya selama 2 tahun berturut-turut harus ada penurunan 3,8 persen. Hal ini dapat dilakukan dengan langkah kolaborasi antara BKKBN dengan kementerian dan lembaga lain.

Baca Juga: Kota Bandung dan Bulog Tekan Harga Beras di Kota Bandung, 643 Ton Beras Didistribusikan

Untuk mengejar target angka prebalensi stunting sesuai standard yang ditetapkan WHO harus di angka kurang dari 20 persen, menurut Budi Gunadi sadikin, Kemenkes melakukan intervensi spesifik melalui 2 cara utama. “Langkah yang dilakukan yakni intervensi gizi pada ibu sebelum dan saat hamil, serta intervensi pada anak usia 6 sampai 2 tahun,” ujar Menkes Budi Gadi Sadikin.

Sementara Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan Perpres nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting menetapkan 5 pilar. “Pilar pertama adalah komitmen, pilar kedua adalah pencegahan stunting, pilar ketiga harus bisa melakukan konvergensi, pilar keempat menyediakan pangan yang baik, dan pilar kelima melakukan inovasi terobosan dan data yang baik,” papar Hasto Wardoyo.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x