Pemilu 2024 Dalam Pandangan Ulama, Institusi Negara dan Ormas Rentan Ditarik ke Arah Politik Praktis

- 6 Januari 2024, 09:45 WIB
Sekretaris Jenderal MUI, Buya Amirsyah Tambunan
Sekretaris Jenderal MUI, Buya Amirsyah Tambunan /Dok MUI

PORTAL BANDUNG TIMUR - Institusi negara termasuk organisasi kemasyarakatan seperti MUI, NU, Muhamadiyah dinilai rentan ditarik ke arah politik praktis untuk mendulung paslon tertentu. Demkian dikatakan Sekretaris Jenderal MUI, Buya Amirsyah Tambunan menilai saat ini ada penurunan nilai demokrasi lebih kepada prosedural, dan mengabaikan substansial. Dengan begitu ia mengatakan, penyelenggaraan Pemilu 2024 belum sepenuhnya konsisten menjalankan regulasi, peraturan, dan perundangan-undangan.

Padahal, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Muhamadiyah Jakarta ini berharap, Pemilu 2024 menghadirkan kemaslahatan untuk mendatangkan manfaat antara lain berupa kebaikan, keselamatan, kedamaian, dan keharmonisan.

"Maslahat adalah sesuatu yang mendatangkan faedah, manfaat berupa kebaikan, keselamatan, kedamaian, keharmonisan agar terhindar dari anarkisme, kekerasan dan bentuk lainnya," ujarnya dalam keterangannya baru-baru ini.

Buya Amirsyah menerangkan, Pemilu bagi bangsa Indonesia harus bermartabat,seperti yang disampaikan Ketua Umum PP Muhamadiyah Haidar Nashir yang menyebut bahwa Pemilu bermartabat dan nilai utama yakni hidup subur dalam nilai Pancasila, agama dan kebudayaan luhur bangsa. Ketiga hal itu, lanjut dia, menjadi patokan berperilaku yang penting dan bermakna agar bangsa ini selalu berada di jalan benar, baik dan pantas, dan sebaliknya tidak terjerumus pada jalan salah, buruk, dan tidak patut.

Sementara itu, Buya Amirsyah dalam catatannya menilai pasangan calon dlam Pemilu 2024 ini belum siap kalah, karena hanya siap menang. Ia juga menilai para pendukung pasangan calon terlalu fanatik dalam mendukung pasangan calonnya.

Selain itu, dalam catatanya, Buya Amirsyah menilai saat ini ada penurunan nilai demokrasi lebih kepada prosedural, dan mengabaikan substansial. Dengan begitu ia mengatakan, penyelenggaraan Pemilu 2024 belum sepenuhnya konsisten menjalankan regulasi, peraturan, dan perundangan-undangan.

Dari catatan tersebut, Buya Amirsyah menilai, diperlukan kesadaran bersama agar kompak dan bersatu untuk mewujudkan pemilu yang maslahat. Karenanya, ia mendorong sejumlah upaya untuk mewujudkan Pemilu 2024 yang maslahat.

Dijelaskan, masing-masing Paslon tidak hanya siap menang, tapi harus siap kalah, karena dibalik kekalahan paslon, terdapat kemenangan rakyat untuk kedaulatan umat dan bangsa. Begitu pula dengan para pendukung Paslon. Ia berhadap pendukung memberikan dukungan dengan wajar sehingga todak berlebihan (mubazzir).

"Sikap berlebihan akan melahirkan panatisme yang berlebihan, karena itu berpolitik seadanya, berteman selamanya. Artinya dengan pilihan beda, tapi ukhuwah (islamiyah, basyariah dan wathaniyah) bukan pilihan, akan tetapi wajib untuk di amalkan semua pihak agar terwujud kemenangan umat dan bangsa," paparnya.

Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, Buya Amirsyah, Indonesia harus dapat mewujudkan demokrasi dari prosedural menuju substansial yakni penyelenggaraan Pemilu yang menjalankan prosedur secara jujur dan adil (jurdil), damai dan bermartabat. Serta regulasi pemilu yang dipersiapkan harus dilaksanakan secara konsisten untuk mewujudkan pemilu maslahat yang bermartabat.

Halaman:

Editor: Andriansyah Andrie


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x