Arsitek Indonesia Kalah Bersaing Dengan Asing, Ketua IAI Bongkar Penyebabnya

- 20 Februari 2024, 08:41 WIB
Ilustrasi Kualitas Arsitek Indonesia Tak Kalah Dengan Arsitek Asing
Ilustrasi Kualitas Arsitek Indonesia Tak Kalah Dengan Arsitek Asing /Pixabay/jarmoluk/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Arsitek Indonesia acapkali hanya jadi penonton saat mega proyek bangunan pencakar langit membentang memenuhi langit Indonesia.

"selama ini arsitek Indonesia hanya jadi makloon dari arsitek asing," kata Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Ar. Georgius Budi Yulianto. Selasa 20 Februari 2024

"Hal ini banyak terjadi di proyek swasta (dimana) arsitek asing selama ini banyak mengambil porsi di bangunan mega proyek seperti apartemen, dan bangunan pencakar langit lainnya," imbuh Georgius atau yang lebih akrab disapa Bugar.

Arsitek Indonesia, tegas Bugar, sebenarnya juga mampu untuk merancang bangunan seperti yang dihasilkan oleh arsitek asing. Namun, hal tersebut kurang terinformasikan dengan baik kepada masyarakat kita.

"Tugas kita sekarang adalah mendorong teman-teman arsitek untuk memiliki surat tanda regulasi arsitek (STRA) agar bisa lebih kompetitif," tegas Bugar.

Bugar menjelaskan, sampai hari ini pemilik STRA di Indonesia baru sekitar 4400 -an. STRA ini, jelasnya, dikeluarkan oleh Dewan Arsitek Indonesia (DAI) dengan jumlah rasio 1:80.000 orang. Sedangkan di China kalau kita bandingkan itu rasionya 1:15.000.

“Seorang arsitek itu harus teregistrasi dan memiliki izin. Registrasi itu dibawah DAI dan Izin dibawah pemerintah provinsi, tempat sang arsitek berkarya . Hal ini dilakukan karena pemilik otoritas Kawasannya adalah pemerintah provinsi.

"tujuannya adalah untuk melindungi arsitek lokal. Bila seorang arsitek memiliki izin di Jawa Barat, bila ia akan melakukan kegiatan di provinsi lain, Ia harus berpartner dengan kantor arsitek di daerah tersebut.”, jelas Bugar.

Pembinaan Terhadap Arsitek dan Praktik Profesi Arsitek.

Halaman:

Editor: Dharmasurya Denni


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah