Rahasia Warga Desa Cihideung Tidak Parah Terkena Covid-19

- 10 Agustus 2021, 20:59 WIB
Warga Kampung Panyairan Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat berebut nasi tumeng atau Gembrong Tumpeng pada acara Hajat Lebur atau Hajar Buruan, Selasa 10 Agustus 2021.
Warga Kampung Panyairan Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat berebut nasi tumeng atau Gembrong Tumpeng pada acara Hajat Lebur atau Hajar Buruan, Selasa 10 Agustus 2021. /Portal Bandung Timur/heriyanto/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Sejak muncul pandemi Covid-19, tidak ada cerita dikalangan warga Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung, warga terserang virus Covid-19 mengalami berbagai gejala dan bahkan hingga meninggal dunia. Bahkan hingga saat ini tidak terdengar kabar akan adanya kegiatan vaksinasi.

“Bukan kita tidak percaya tidak adanya wabah Covid-19 dan tidak percaya terhadap vaksin, tapi mungkin  karena kita sudah terbiasa disaat terjadi musibah menerimanya sebagai bentuk peringatan dan menganggap sebagai barokah. Kita selama ini tidak menganggap Covid-19 sebagai bencana, tetapi sesuatu yang harus diyakini bahwa semua yang terjadi adalah karena kehendak Allah SWT, karena kuasa Allah SWT, kita sebagai umatnya harus ikhtiar,” ujar Abah Alek Sutisna, sesepuh Kampung Panyairan Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat, saat melakukan ijab kabul menandai dimulainya tradisi Hajat Lembur atau Hajat Buruan, Selasa 10 Agustus 2021.   

Apa yang diungkapkan oleh Abah Alek Sutisna dalam iajb kabul penanda Hajat Lembur dibenarkan oleh Haji Ida Hidayat sesepuh Kampung Panyairan yang jadi ketua pelaksana kegiatan. “Hajat Buruan yang diselenggarakan bukan merupakan bentuk ujub takabur, tapi lebih kepada suatu kondisi yang pasrah menerima dengan sabar apa yang tengah terjadi dengan melakukan ikhtiar atau upaya disertai dengan doa, karena sifat sabar dan tawakal lebih disukai oleh Allah SWT dan dapat dijadikan obat paling mujarab dalam kesulitan apapun,” ujar Haji Ida Hidayat.

Baca Juga: Polda Jabar dan PT Polyfin Canggih Laksanakan Vaksinasi Massal

Dikatakan Haji Ida Hidayat, di Desa Cihideung tidak jauh berbeda dengan desa-desa lainnya yang ada di Kabupaten Bandung Barat. “Seperti yang terjadi pada bulan Syawal dimana banyak warga menyelenggarakan hajatan tidak sedikit warga yang merasakan gejala meriang, tapi anehnya yang ramai diberitakan di viral hanya desa Cikahuripan dan Jayagiri Kecamatan Lembang, padahal di Cihideung juga tidak jauh berbeda,” ujar Haji Ida Hidayat.

Hal yang membedakan, menurut Haji Ida Hidayat, saat banyak warga yang merasakan gejala, langsung melakukan pengobatan sendiri dan lebih banyak berdiam diri di rumah seraya memperbanyak doa. “Yah itu tadi, ketika kita mendapat musibah dan teguran segeralah bertafakur dan banyak berdoa meminta ampunan ke Allah SWT, bukan sebaliknya malah berucap bahwa yang tengah dialami adalah cobaan atau ujian,” ujar Haji Ida Hidayat.

Sementara terkait dengan tradisi Hajat Lembur atau Hajat Buruan, tokoh masyarakat yang juga seniman tari Jawa Barat, Yanto Susanto mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan merupakan satu rangkaian kegiatan yang selama ini sudah menjadi tradisi atau budaya di masyarakat Cihideung. “Hampir disetiap bulan baik dalam kalender Islam, warga Cihideung selalu melaksanakan tradisi yang sudah turun temurun seperti di bulan Mulud (Rabiul Awal) yang merupakan kelahiran Nabi Muhammad SAW, Dzulqaidah, Dzulhijah, Muharram dan Rajab,” ujar Yanto Susanto.

Baca Juga: Covid-19 Kota Bandung, Sudah 32.349 Orang Pasien Sembuh dan 1.325 Orang Meninggal

Tradisi Hajat Lebur atau Hajat Buruan menurut Yanto Susanto diselenggarakan di halaman ruamh sesepuh kampung yang ketokohannya masih disegani atau memberi pengaruh besar bagi kemajuan kampung. Tradisi di awali pagi hari dengan kabar akan diselenggarakannya Hajat Lembur, warga yang merasa terpanggil pasti akan segera berkemas menyiapkan diri memasak makanan yang akan dihidangkan dan dimakan bersama. “Pada hari ini terkumpul 20 lebih nasi tumpeng dengan lauk pauknya,” ujar Yanto Susanto.

Usai melaksanakan salat dzuhur, warga akan berkumpul ditempat atau halaman yrumah warga yang sudah ditentukan. Kaum wanita membawa nasi tumpeng yang dihias sedemikian rupa untuk menarik warga menikmati nasi tumpeng buatannya dengan harapan nasi tumpeng habis disantap dan rejeki akan datang berlimpah.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x