PORTAL BANDUNG TIMUR - Bangunannya sangat sederhana. Hanya beratapkan dari bahan seng dan tempatnya yang tidak luas.
Namun siapa sangka, didalamnya terdapat koleksi bersejarah dari sejarah kebudayaan lokal, hingga penyebaran Islam di tanah Sunda. “Ada aura yang berbeda jika kita berada di kawasan sejarah budaya lokal dan sejarah penyebaran islam,” kata Kang Totong sebagai pengelola Museum Galunggung.
Sebelumnya Kang Totong bekerja pada bidang farmasi. Sejak tahun 2019 Kang Totong di amanahi oleh Anton Charliyan, mantan Kapolda Jabar untuk mengelola wisata Batu Mahpar yang berada di Desa Sukamulih, Kecamatan Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya.
Anton Charliyan mengajak kepada masyarakat khususnya warga Tasikmalaya untuk membangun bangunan yang akan menjadi pengingat warga mengenal lebih jauh dan lebih luas lagi mengenai sejarah Tatar Sunda. Misalnya sejarah awal berdirinya Kabupaten dan Kota Tasikmalaya, bahkan Kerajaan Galuh dan Sunda yang tidak dapat dilepaskan dari sejarah Galunggung di zaman Kerajaan Resi Sempak Waja di abad ke
Baca Juga: Masjid Agung Majalaya, Karya Monumental Insinyur Suhaimin Mengadopsi Masjid Demak, Cirebon dan Banten VI.
Begitu pula dengan Kerajaan Galunggung Ratu Batari Hyang (1111), dan Kerajaan Sukakerta Prabu Sri Gading Anteg Putra Prabu Surawisesa abad ke XVI.
Kecintaan Kang Totong terhadap warisan budaya dan juga sejarah mengetuk hatinya dengan meninggalkan pekerjaannya pada bidang farmasi dan menyanggupi mengelola Museum Galunggung yang didirikan pada tahun 2020 lalu. Bahkan dirinya juga yang merawat dan menjaga benda-benda yang menjadi saksi bisu dalam arus perjalanan waktu ke waktu.
“Gunung Galunggung, salah satu gunung yang menjadi ikon kota Tasikmalaya. Dalam perjalanan waktunya, Galunggung menjadi saksi bisu mengenai sebagian sejarah yang ada di Tatar Sunda,” ujar Kang Totong.
Baca Juga: Museum Perkebunan Indonesia di Medan, Tawarkan Sensasi Koleksi Kekayaan Hayati Nusantara
Selain itu, Kota Tasikmalaya dikenal juga dengan kota santri yang memiliki seribu pesantren, begitulah kira-kira julukan yang didapatnya, hal ini karena disetiap pelosok daerah di Tasikmalaya terdapat banyak sekali pesantren. Tentu semua ini memiliki sejarahnya masing-masing.