PORTAL BANDUNG TIMUR - Kubahnya yang menjulang tinggi dengan keelokan yang tiada tara mrnghiasi langit-langit masjid. Kubah ini dikelilingi oleh empat menara kokoh yang berdiri megah, seakan-akan menceriatakan kisah perjalanan panjang masjid ini.
Garis-garis lengkung yang indah serta hiasan-hiasan detail yang halus memperkaya kencantikan arsitektur yang dipamerkan masjid yang berlokasi di pusat Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Masjid Agung Majalaya memancarkan keanggunan dengan disain klasik yang menawan.
Dalam perencanaan dan pembangunannya Masjid Agung Majalaya tidak hanya memperhatikan fungsi utama dalam tempat ibadah namun lebih dari itu menyimpan nilai estetika yang kuat. “Tahun 1940, Insiyur Suhaimin didatangkan, mendesain dan mengarsitektur Masjid Agung Majalaya yang mengadopis bangunan Masjid Demak, Masjid Cirebon dan Masjid Banten, sungguh luar biasa,” cerita Zainal Arifin (55).
Baca Juga: Kemegahan Klenteng Hok Lay Kiong di Usia ke 3 Abad
Dibangun di tanah wakaf, Masjid Agung Majalaya memiliki arsitektur yang cukup unik. Keunikan ini dapat dilihat dari atap yang tersusun indah, serta jendela-jendela yang tersusun rapih memberikan nuansa yang klasik nan menawan
Selama proses pembagunan terdapat hal unik lainnya yang tidak hanya dilihat dari arsitekturnya. Melainkan bahan bahan yang digunakan seperti kayu yang langsung diukir oleh orang Jepara.
Tepat di dalam masjid ini terdapat empat tiang kayu. Kayu-kayu itu memiliki ukuran yang sama, dengan tinggi 19 meter. Kayu tersebut didatangkan langsung dari Jepara.
Di bawah kayu tersebut, terdapat batu putih yang didatangkan langsung dari Demak. Ornamen yang terdapat di batu tersebut kental dengan khas Masjid Demak.
“Ada lima tumpang atau lima susun yang gambaran menurut saya itu ialah gambaran sholat lima waktu mungkin ada terjemahan lain mengenai lima tumpang ini tapi presepsi saya itu sholat lima waktu” terang Zainal Arifin.