Kang Totong menyampaikan bahwa “Gunung Galunggung yang menyimpan sejarah dari Kerajaan Galunggung yang merupakan tempat pengesahan calon-calon raja yang akan menjadi raja di tanah Sunda. Kebhataraan ini didirikan pada abad ke-7 oleh prabu Dharmasiksa dari kerajaan Galuh Ciamis. Pendirian kerajaan ini ditujukan untuk mengesahkan raja-raja dan juga menjadi tempat legislatif bagi kerajaan-kerajaan yang ada di Tanah Sunda.”
Tidak hanya menyimpan sejarah mengenai Gunung Galunggung, Tasikmalaya menjadi daerah yang dikenal dengan Kota Santri, hal ini karena terdapat banyak sekali pesantren yang terdapat didaerah-daerah pelosok Tasikmalaya, tentunya hal ini adalah buah dari peran tokoh-tokoh yang menyebarkan islam di Tanah Sunda salah satunya adalah Syekh Quro.
Di Museum Galunggung juga menyimpan benda-benda sejarah mengenai penyebaran islam yang dilakukan Syekh Quro juga tersimpan rapi, benda sejarah berupa kitab-kitab karya beliau ini dipamerkan didalam lemari kaca yang mengkilap, banyak pengunjung dari para santri yang sangat antusias melihat benda-benda sejarah ini.
Tidak hanya itu, benda-benda jadul lainnya juga menjadi pusat perhatian bagi orang tua yang membawa anak mereka. “Para orang tua yang ingin anaknya belajar mengenai teknologi yang orang tua itu gunakan dulu pada masa kecilnya, seperti gawai nokia tahun 19-an mesik ketik, dan damar dan masih banyak lagi,” ujar Wawan (34) seorang pengunjung.
Melihat perkembangan sang anak yang kian hari bertambah usianya, begitupun dengan rasa keingintahuannya, dengan mengajaknya bermain di wisata Batu Mahpar ini. Wawan merasa kasihan melihat perkembangan teknologi yang seakan-akan merampas rasa sosial, terkhususnya anak-anak sekarang.
Siapa sangka jauh dari hiruk pikuknya perkotaan, terdapat wisata Geopark Batu Mahpar yang selain menjadi wisata alam juga menjadi wisata edukasi berkat adanya Museum Galunggung yang tempatnya perada di pedesaan dengan udara yang masih segar.
Letaknya yang tepat berada di kaki Gunung Galunggung dan jauh dari hiruk pikuknya perkotaan membuat kang Totong mensyukuri atas ciptaan Tuhan dengan seagala kelebihannya. (Dimas Fauzi Rahayu)***