PORTAL BANDUNG TIMUR - Gedung Juang 45 serta Tugu Monumen bambu runcing, golok dan senjata api di bangun di Jalan Veteran II, Selabatu, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi. Memunculkan kilas balik perjuangan yang dilakukan untuk membebaskan Sukabumi dari penjajah.
Bangunan didirikan memunculkan rasa keingintahuan. Hubungan masyarakat dengan sejarah terasa begitu dekat tanpa sekat.
Berada di pusat kota, Gedung Juang menjadi daya tarik bagi masyarakat. Bangunan terawat dan tertata rapi meski mengalami beberapa kali renovasi. Akankah gedung juang tetap bertahan sebagai bangunan bernilai historis?
Gedung Juang 45 ini dirancang dan dibangun oleh Arsitek A.F Aalbers dan Prof Charles Prosper Wolff Schoemaker. Gedung Juang 45 menjadi tempat untuk musyawarah mengenai masalah gerakan dan sasarannya pembebasan tahanan-tahanan politik yang masih ditahan Jepang, mengibarkan bendera Merah Putih di seluruh jawatan dan instansi di Sukabumi dan mendesak Jepang untuk serah terima kekuasaan kepada rakyat Indonesia.
Baca Juga: Situs Prasasti Perjuangan Kemerdekaan, Rumah Sejarah yang Mulai Terlupakan
“Namun sejak lima tahun yang lalu, gedung ini tidak dibuka untuk umum hanya digunakan sebagai tempat pertemuan dan hari-hari besar oleh pemerintah daerah” ujar Pak Fajar salah satu pengelola di Gedung Juang 45 Sukabumi.
Pak Fajar juga menyebutkan “Alasan tersebut dikarenakan terdapat pembaharuan peraturan yang telah ditetapkan. Sebelum ada peraturan tersebut, gedung ini dipakai untuk upacara perpisahan anak sekolah dan pagelaran kesenian”.
“Biasanya gedung ini mampu menampung sekitar 400 orang dengan terakhir di renovasi pada tahun 2015” ucapnya.
Di dalam gedung pun hanya terdapat aula kosong, tidak ada peninggalan-peninggalan bersejarah, “Peninggalan-peninggalan banyak berada di Museum Bojongkokosan, di sini hanya sebagai tempat pertemuan saja” ujar Pak Fajar menambahkan.