36 Tahun Hadiah Sastera Rancage, Bukti Komitmen dan Konsistensi untuk Sastera Daerah

- 1 Februari 2024, 10:00 WIB
Empa buku sastera daerah pemenang Hadiah Sastera Rancage 2024.
Empa buku sastera daerah pemenang Hadiah Sastera Rancage 2024. /Dok. Yayasan Kebudayaan Rancage/

PORTAL BANDUNG TIMUR – Yayasan Kebudayaan Rancage memasuki tahun 2024 kembali memberikan Hadiah Sastera Rancage untuk ke 36 kalinya sejak pertamakali tahun 1989, sebagai bentuk apresiasi untuk pengembangan sastra daerah di Indonesia. Sepanjang tahun 2023 Dewan Juri menilai 45 judul buku daerah untuk tiga katagori sastera berbahasa daerah yang nilaiDewan Juri.

Dalam keterangan persnya, Ketua I Yayasan Kebudayaan Rancage Etti RS mengatakan bahwa  buku yang dinilai oleh juri untuk Hadiah Rancage tahun 2024 sebanyak 45 judul. Buku tersebut terdiri atas 11 judul karya sastra Sunda, 18 judul karya sastra Jawa, 12 judul karya sastra Bali, dan 4 judul cerita anak-anak berbahasa Sunda untuk Hadiah “Samsoedi”.

“Hanya ada tiga daerah yang memenuhi kriteria untuk dinilai dalam Hadiah Sastera Rancagé 2024, yaitu sastera Sunda, Jawa, dan Bali. Adapun buku-buku dalam sastra Lampung, Batak, Madura, dan Banjar, belum ada yang memenuhi syarat untuk diberi hadiah tahun ini. Semoga di tahun-tahun mendatang lebih banyak lagi buku yang terbit dari daerah-daerah tersebut,” kata Etti RS.

Menurut Etti RS, tahun ini merupakan pengumuman ke-36 sejak Hadiah Sastera Rancagé. Setelah melewati perjalanan 36 tahun, Yayasan Rancagé tetap optimis bahwa sastra daerah akan terus berkembang mengikuti zaman. Pasang-surut perhatian masyarakat terhadap sastra daerah adalah hal biasa.

“Bagi kami, yang terpenting adalah memberi komitmen dan menjaga konsistensi agar hadiah ini tidak terputus, bagaimanapun keadaannya,” ungkapnya. Selain itu, mulai tahun depan Yayasan Kebudayaan Rancagé akan memberikan lagi hadiah untuk kategori jasa. Prosedur pemberian hadiah jasa ini akan diumumkan kemudian.

Dhanu Priyo Prabowo, juri sastra Jawa mengungkapkan penerbitan buku-buku sastra Jawa masih cukup marak. “Gambaran ini memberikan satu semangat bahwa dunia kesastraan berbahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, masih tetap mendapatkan apresiasi,” ujar Dhanu.

Sementara itu, menurut I Nyoman Darma Putra, juri sastera Bali, perkembangan sastra Bali modern dalam 30 tahun terakhir masih cukup stabil. Setiap tahun, ada 10 hingga 15 judul buku yang terbit dalam bahasa Bali.

“Secara umum, karya sastra Bali yang terbit tahun 2023, baik berupa antologi puisi maupun cerpen menunjukkan kreativitas pengarang Bali dalam pencarian estetika ekspresi. Tiap pengarang menyajikan gaya yang berbeda-beda. Minat, latar belakang pendidikan, daerah asal pengarang yang berbeda-beda ikut menentukan gaya ekspresi mereka,” tutur Darma.

Adapun menurut Teddi Muhtadin, juri sastra Sunda, secara keseluruhan penerbit buku-buku Sunda mengalami penurunan pada beberapa tahun terakhir jika dibandingkan dengan penerbitan buku Sunda 10 tahun yang lalu. “Akan tetapi, secara kualitas penerbitan buku Sunda masih layak dan penting untuk dibaca. Buku-buku karya para senior bisa hadir bersama buku-buku karya pengarang yang lebih muda. Sayangnya, buku bacaan anak-anak sangat sedikit. Seperti piramida terbalik, generasi muda Sunda tidak dipersiapkan menjadi pembaca sastra Sunda. Tentu hal ini harus segera diatasi,” ucap Teddi.

Para Pemenang

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x