Minyak Goreng Langka dan Mahal, Pabrik Kerupuk di Cianjur Berhenti Produksi Rumahkan Karyawan

- 28 Maret 2022, 20:00 WIB
Pekrja pabrik kerupuk di  Kampung Mareleng, Desa Kertamukti, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, sedang membersihkan wajan sisa produksi.
Pekrja pabrik kerupuk di Kampung Mareleng, Desa Kertamukti, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, sedang membersihkan wajan sisa produksi. /Portal Bandung Timur/heriyanto/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Dampak kelangkaan minyak goreng dan harganya mencapai tigakali lipat di Kabupaten Cianjur mulai membawa dampak negatif. Sejumlah pabrik kerupuk terpaksa berhenti berproduksi dan memilih merumahkan pegawainya.

Salah satu pabrik kerupuk terbesar di Kabupaten Cianjur, PD Putra Jaya di Kampung Mareleng, Desa Kertamukti, Kecamatan Haurwangi, Cianjur, terpaksa menghentikan produksi. Akibat harga minyak yang terus mengalami kenaikan dan kini berangsur sulit di dapat mengakibatkan pengusaha kesulitan untuk memproduksi kerupuk.

Akibatnya 30 orang karyawan  terpaksa dipulangkan. Karena sudah tidak kuat lagi menghadapi kondisi minyak goreng yang tidak menentu. Selain langka, harganya juga terus melambung sehingga pemilik pabrik tidak punya pilihan lain selain menghentikan produksi nya.

Baca Juga: Alasan AH tersangka Pelaku Rampok Taksi Online

Menurut Dede (45) Manager Operasional di pabrik tersebut, mengaku pabriknya yang sudah beroperasi belasan tahun ini, sejak sebulan terakhir kesulitan untuk mendapatkan minyak goreng. Namun selain sulit harganya juga tidak menentu bahkan teruh melonjak. Akibatnya sudah beberapa kali buka tutup. Namun seminggu terakhir malah harga makin tinggi sudah tidak normal lagi.

"Akibatnya produksi terhambat yang berdampak pada omzet penjualan. Dengan berat hati kami terpaksa menghentikan produksi dan memulangkan para pekerja dan setelah puluhan tahun berusaha baru kali ini kami memulangkan seluruh pekerja, " ujar Dede ketika ditemui di pabriknya yang sudah tutup, Senin 28 Maret 2022.

Dede menyebutkan sebelum tutup pabrik kerupuknya mampu memproduksi kerupuk sebanyak 2 kwintal atau sekitar 3.500 kerupuk. Padahal Dede sudah berusaha mensesiati produksinya agar bisa bertahan dan memproduksi kerupuk. Apalagi sebentar lagi menghadapi bulan puasa. Namun usahanya sia-sia karena minyak goreng sebagai bahan pokok untuk menggoreng kerupuk tidak juga turun.

Baca Juga: Warga Majalaya Menanti Terwujudnya Kota Administratif Majalaya

"Ya mau gimana lagi, dari pada terus merugi dan tidak mampu membayar pegawai terpakasa ditutup sambil menunggu harga minyak goreng kembali normal," ungkap Dede.

Dede sangat berharap pemerintah segera mengambil tindakan menurunkan harga minyak goreng dan tersedia dipasaran. Karena bagi pengusaha kecil sangat berdampak sekali dan mematikan usaha kecil. "Saya berharap agar pemerintah bisa lebih memperhatikan rakyat kecil dan melindungi UMKM. Atau pemerintah mensubsidi minyak goreng bagi pengusaha kecil," harap Dede. (dani jatnika)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x