Pedagang Buku di Pasar Buku Dewi Sartika, Tetap Bertahan di Terjang Arus Digitalisasi

19 Juni 2024, 09:08 WIB
Pasar Buku Dewi Sartika di selatan Alun Alun Kota Bandung masih menjanjikan bacaan bermutu dan segudang ilmu. /Portal Bandung Timur/Helmy Ramzy Mushory/

PORTAL BANDUNG TIMUR -Buku itu terjajar dengan rapih, berbagai macam judul membuat kutu buku berbinar jika melihat buku-buku tersebut. Pasar buku Dewi Sartika sebuah kawasan dimana banyak penjual buku mencari nafkah disana.

Banyak buku-buku bekas yang kualitasnya masih bagus, cocok untuk orang yang ingin membeli buku dengan harga yang terjangkau. Berlokasi di Jalan Dewi Sartika tengah-tengah Kota Bandung, arah selatan Alun Alun Bandung di Kelurahan Balonggede Kecamatan Regol Kota Bandung, sangat mudah untuk di sambangi.  

Pasar buku Dewi Sartika yang terletak di sepanjang Jalan Kautamaan Istri merupakan salah satu dari sekian beberapa pasar buku di kota Bandung selain pasar buku Palasari dan juga pasar buku Cikapundung. Pasar buku ini tidak tepat terletak di Jalan Dewi Sartika akan tetapi di Jalan Kautamaan Istri yang bisa dimasuki jika kita melewati Jalan Dewi Sartika.

Baca Juga: Seberkas Sinar Nike Ardila, Sampai Saat Ini Masih Menerangi NAFC

Pasar buku ini dikenal sebagai pasar buku Dewi Sartika karena jalan yang dikenal disana adalah Jalan Dewi Sartika, oleh karena itu pasar buku ini dinamakan pasar buku Dewi Sartika, demikian yang dituturkan oleh Haris, salah satu penjual buku di Dewi Sartika.

Di Era digitalisasi saat ini, banyak sekali pedagang-pedagang buku yang menurun penjualannya akibat dampak dari digitalisasi. Masyarakat banyak yang mencari buku di Internet atau bahkan membeli buku di online shop atau marketplace. “Kalau efeknya lumayan besar sih, dari marketplace, sekarang beralihnya ke online” ujar Haris.

Haris mengeluhkan bahwa toko bukunya sepi pada beberapa tahun terakhir ini, khususnya semenjak Covid-19. Semenjak Covid-19 menyebar di Indonesia, banyak jalan-jalan yang dan toko-toko ditutup yang otomatis membuat masyararakat beralih dari membeli barang secara langsung menjadi online.

“Kalau dibandingkan dari sebelum Corona ya, turun jauh sih, perbandingannya mungkin kalau dari segi persentase dalam penjualan buku tuh, udah turun 80 persen” ujar Haris.

Baca Juga: Pemakaman Nazi Jerman, Jejak Tersembunyi Pasukan Adolf Hitler di Arca Domas Bogor

Walaupun sekarang Covid-19 sudah menurun, tetap saja masyarakat masih banyak yang membeli buku secara online di beberapa platform jual beli online ataupun mencari buku digital. Ini mungkin efek dari Covid-19 dimana masyarakat dipaksa untuk melakukan sesuatu secara online dari rumah dan kebiasaan ini tetap berjalan walaupun masyarakat sudah banyak yang divaksin.

Pasca Covid-19 pun banyak pedagang buku yang gulung tikar, sebagaimana yang diungkapkan oleh Haris. Sebelum Covid-19 penjual buku berjajar sepanjang  Jalan Kautamaan istri, akan tetapi yang bertahan di era yang serba digital ini hanyalah Haris dan berapa penjual buku lainnya. “Dulu banyak dari ujung sini sampai ujung belakang sepanjang jalan kautamaan istri” ujar Haris.

Baca Juga: Menjaga dan Melestarikan Payung Geulis, Warisan Budaya yang Diambang Punah

Keteguhan Haris serta pedagang-pedagang buku lainnya patut diacungi jempol, sebab mereka tetap bertahan di era digitalisasi saat ini. Ia juga bukanlah orang yang menolak dunia digital dan menurutnya kita tidak bisa  melawan era digital ini, malah harus mengikuti arusnya. Oleh sebab itu, ia juga menjajakan bukunya di laman marketplace seperti Facebook.

Tidak sedikit orang yang menginginkan belanja secara langsung karena mereka bisa melihat kualitas barang yang ingin dibelinya. Pasar buku Dewi Sartika sebagai kawasan toko buku adalah tempat yang cocok jika ingin membeli buku, khususnya buku bekas dengan harga yang terjangkau. Disana kita bisa memeriksa buku yang akan kita beli, selain itu dengan membeli buku disana secara tidak sadar kita juga sudah membantu membangkitkan UMKM masyarakat kita.  (Helmy Ramzi Mushory)***       

Editor: Heriyanto Retno

Tags

Terkini

Terpopuler