Toko Borondong Pak Ara Legend Sejak Tahun 1952, Bertahan menjual Makanan Tradisional Khas Majalaya

28 Juni 2024, 20:03 WIB
Toko Borondong Pak Ara warisan dari kakeknya sejak tahun 1952 di Jalan Alun Alun Timur majalaya Kabupaten Bandung. /Portal Bandung Timur/Hani Apriliani/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Borondong garing. Ider kota pilemburan. Mekar lumaku diri. Anu dagang bari mimitran. Borondong garing. Haleuang katineung ati. Jerit ciptaning ati. Jeung hiliwirna angin peuting. Oleh-oleh Priangan di lingkung gunung. Majalaya Soreang Banjaran Bandung. Hate jongjon lugina anu dikantun. Narik ati matak luas nu ngabantun.

Pada masanya lagu daerah Sunda berjulu ‘Borondong Garing’ di era 1970-an begitu digemari berbagai kalangan. Lagu ciptaan Beny Korda yang dinyanyikan Rudy Rusady Bersama grup bandnya, berceritakan tentang makanan khas pedesaan di tanah Priangan atau tanah Sunda yang dikelilingi pegunungan

Didagangkan dengan berkeliling kampung. Borondong merupakan makanan khas di wilayah Majalaya, Soreang dan Banjaran serta Kota Bandung.

Baca Juga: Tempe Alakatak, Warisan Kuliner dengan Citarasa Unik Khas Weru Sukoharjo

Memang benar, hingga kini jajanan Borondong masih banyak ditemui di wilayah Kabupaten Bandung, seperti di Majalaya, Banjaran dan Soreang, juga Cicalengka, Rancaekek dan Nagreg. Buktinya, ada banyak warung oleh-oleh sepanjang Cileunyi, Rancaekek, Cicalengka dan Nagreg yang menjualnya dengan menjajakan di gantung.

Kabupaten Bandung Jawa barat menjadi salah satu tempat yang menyimpan kearifan budaya dari segi makanan khas nya. Diantara kuliner-kuliner yang menjadi ciri khas daerah ialah borondong dari Majalaya.

Borondong merupakan makanan khas yang terbuat dari beras ketan asli, yang ditanam oleh para petani. Kemudian diolah menggunakan cara tradisional dengan cara di bakar di dalam kendi.

Baca Juga: Nasi Tutug Oncom, Kuliner Masa Lalu Kembali di Sukai Karena Rasanya yang Otentik

Salah satu yang menjadikan bBrondong ini unik ialah pada proses pembakarannya yang menggunakan hawu atau tungku. Bahan baku utamanya  berupa beras ketan putih yang  di masak dengan cara di sangrai atau dimasak dengan cara tidak menggunakan minyak kelapa ataupun air.

Setelah Borondong disangrai, kemudian dicampur dengan gula merah atau gula aren. Setelah itu di berbentuk bulat dengan berbagai ukuran, mulai dari yang sebesar bola pingpong, bola tenis hingga sebesar bola sepak bola ukuran anak-anak.

Hingga saat ini, masyarakat di sejumlah wilayah Kabupaten Bandung, khususnya di wilayah timur, Borondong masih sering dihidangkan pada kegiatan-kegiatan khusus. Biasanya Borondong dihidangkan bersama makanan khas atau tradisional berbahan dasar beras ketan lainnya seperti Opak, Ranginang dan Kolontong pada acara khitanan, syukuran rumah, Hari Raya Idul Fitri, dan lain sebagainya.

berbagai jenis Borondong dijajakan di etalase Toko Borondong Pak Ara di Alun Alun Timur Majalaya.
Seiring berjalannya waktu, produksi Borondong dari rumah ke rumah kini sudah dapat kita temui diberbagai toko oleh-oleh khas Bandung. Salah satunya yaitu di Toko Borondong Pak Ara yang berlokasi di samping Alun Alun Timur Majalaya Nomor 50 Bandung.

Di Toko Borondong Pak Ara, selain Borondong, penyuka makanan tradisional juga bisa mendapatkan berbagai macam olahan beras ketan lainnya. Seperti Borondong Garing, Borondong Enten, Ranggining, Lalered, Rangginang dan jenis olahan beras ketan lainnya.

Diantara makanan khas yang di jualnya, Pa Ara mengungkapkan terdapat beberapa olahan beras ketan yang sering diserbu oleh para penggemar Borondong. “Salah satunya yaitu Borondong Enten,” kata Pa Ara kepada penulis.

Baca Juga: Usaha Kuliner Seblak Segurih Rasanya

Borondong Enten menurut Pa Ara,  merupakan salah satu jenis Borondong yang didalamnya berisi campuran gula merah dan parutan kelapa yang dilapisi Borondong.

Pa Ara mengungkapkan, produksi Borondong yang saat ini masih bertahan sudah berdiri sejak tahun 1952. Dikembangkan oleh kakeknya sendiri secara turun temurun kepadanya yang merupakan generasi ketiga pengolah kuliner Borondong.

Harga Borondong yang dijual Pa Ara sangat terjangkau bagi penggemarnya. “Untuk setiap bungkusnya ada yang Rp5.000 hingga Rp20.000 tergantung banyak atau beratnya, juga tentunya tergantung jenisnya,” teang Pa Ara.

Di Toko oleh oleh Toko Borondong Pak Ara juga di jual berbagai makanan khas Sunda lainnya.
Menurut penuturan Pa Ara,  sejak dahulu masyarakat Majalaya mayoritas adalah seorang petani. Disamping itu, kawasan Majalaya juga belum memiliki makanan khas sendiri sehingga muncul inovasi mengenai olahan beras ketan yang dibuat menjadi makanan khas yaitu Borondong.

Borondong, merupakan kudapan yang tak pernah padam dikancah kuliner tradisional. Ciri khas Borondong terletak pada cita rasa yang diciptakan berbeda dari makanan tradisional lain.

Selain itu, kudapan ini menyimpan rasa yang mampu bertahan sampai zaman manapun. Dengan rasa yang manis, tekstur yang kering, serta crunchy, kudapan ini dapat menjadi menu tambahan terutama bila disajikan bersamaan dengan teh atau kopi di pagi hari. (Hani Apriliani)***

Editor: Heriyanto Retno

Tags

Terkini

Terpopuler