Bah Julanta (76) Memilih Berjualan Lahang Menikmati Alam Kemerdekaan

- 20 Januari 2021, 08:00 WIB
ABAH Julanta saat melayani pembeli di Jalan Raya Cigadung Kota Bandung.
ABAH Julanta saat melayani pembeli di Jalan Raya Cigadung Kota Bandung. /heriyanto/

Disela-sela operasi pagar betis yang dilakukan secara bergantian setiap dua bulan, Abah Julanta berjualan cai lahang dari kampung ke kampung daerah Cileunyi, Cicakengka hingga ke perbatasan Sumedang atau Garut. “Tapi adakalanya berjualan di dalam kota Bandung untuk mendapatkan informasi tentang keberadaan gerombolan,” ujar Abah Julanta.

Pengalaman yang tidak akan terlupakan Abah Julanta berjualan air nira adalah pada Maret 1958 saat masyarakat Kota Bandung berduyun-duyun menuju ke Lapangan Tegallega. Bersama dengan bapaknya, Abah Julanta masing-masing membawa empat lodong air nira untuk dijual menuju Lapang Tegallega.

Baca Juga: Mendesak, Kebutuhan Sarana Digital di Desa Neglasari

Masyarakat dari berbagai pejuru Kota Bandung menuju Lapangan Tegallega untuk mendengarkan pidato Presiden Soekarno yang didampingi Gubernur Jawa Barat Ipik Gandamana dan Panglima Siliwangi R.A Kosasih.

“Saat itu sedang terjadi jaman werit (masa sulit), harga beras Rp.2,5 per kilogram bisa mencapai lima rupiah bahkan delapan rupiah, saking banyaknya warga berkumpul hingga Soekarno harus beberapakali mengucapkan assalamualaikum beberapakali,” kenang Abah Julanta.

Pada masa itu, untuk air nira yang didapat dari penyadap sepanjang aliran hulu sungai Cidurian di perbukitan Cimenyan, dengan harga Rp 5 per lodong. Hingga kini Abah Julanta masih membelinya dipenyadap sekitar aliran sungai Cidurian dengan harga Rp 100.000 perlodong.

Baca Juga: Covid-19 di Cianjur Kian Merebak, Tim Gabungan Gugus Tugas Sidak Pabrik  

Meski Imam Besar DI/TII Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo pada 4 Juni 1962 sudah tertangkap di Lembah Gunung Geber-Rakutar Majalaya Kab. Bandung (sekarang Kecamatan Pacet), dan kemerdekaan sudah diraih Abah Julanta tetap pada profesinya sebagai penjual aii nira.

 “Saya tidak ingin menyusahkan anak cucu dan juga negara ini yang sudah saya pertahankan dan bela,” ucap Abah Julanta yang masih mampu berjalan naik turun bukit dari rumahnya di Kampung Dago Lesot (Dago Baru) Desa Ciburial Kec. Cimenyan Kab. Bandung kawasan perbukitan Bandung Utara hingga ke daerah Taman makam Pahlawan Cikutra. (heriyanto)***

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x