Telusuri Pesona Curug Halimun, Saguling Bandung  Barat

- 2 Mei 2021, 23:25 WIB
Kolam berwarna kehijauan Curug Halimun berasal dari lumut dasar kolam menjadi daya tarik tersendiri bagi kawasan wisata  Curug Halimun di Kampung Cikondang, Desa Saguling, Kecamatan Saguling, Kabupaten Bandung Barat.
Kolam berwarna kehijauan Curug Halimun berasal dari lumut dasar kolam menjadi daya tarik tersendiri bagi kawasan wisata  Curug Halimun di Kampung Cikondang, Desa Saguling, Kecamatan Saguling, Kabupaten Bandung Barat. /Foto : Istimewa

PORTAL BANDUNG TIMUR - Reitsma (1927) pernah menulis tentang Curug Halimun dalam Majalah Tropische Nederland. Curug Halimun memanglah bukan air terjun tertinggi, namun air terjun terbesar di Pulau Jawa. Inilah yang menjadi daya tarik banyak orang yang mengunjunginya. Beliau menyebut Curug Halimun di aliran sungai Citarum di selatan Rajamandala, di Kampung Cikondang, Desa Saguling, Kecamatan Saguling, Kabupaten Bandung Barat.

Pesona indah terhampar begitu luas, udara sejuk membuat kenyamanan dan ketenangan. Gemerincik air jatuh dari ketinggian 5-7 meter itu semakin menambah keasriannya.

Sebuah kolam alami berwarna hijau tak luput menjadi fokus perhatian. Warnanya berasal dari lumut yang berada didasar kolam.

Dikelilingi berbagai jenis bebatuan yang besar, kicauan burung lalu lalang diudara, pohon-pohon besar menjulang ikut menjadi pendukung ketenangan dan kenyamanan.

Akhir-akhir ini tempat wisata unik nan asri  menjadi destinasi yang diburu para wisatawan Indonesia, baik itu kalangan muda atau tua. Salah satunya komunitas yang ada di Parahyangan ini menjadikan Saung Kondang dan Curug Halimun sebagai tempat kegiatan.

Baca Juga: Di Larang Masuk, WNA India dan WNA Lakukan Lawatan ke India

Pada 3 hingga 4 April 2021 lalu, komunitas Pemuda Parahyangan mengadakan kegiatan   ‘Ngampar’ (Ngariung bareng barudak Parahyangan) yang di laksanakan di Wisata Alam Saung Kondang Saguling, Kabupaten Bandung Barat. Tujuan diadakannya kegiatan tersebut ialah mempererat tali silaturahmi antar komunitas pencinta alam serta mengetahui lebih lanjut kisah dibalik indahnya Curug Halimun.

Pembukaan ‘Ngampar3’ di pandu dengan MC yang keren  dari komunitas Kabayan dan KPGIR Parahyangan. Pembukaan berlangsung dengan hikmat diikuti dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, lalu diikuti dengan pemaparan materi terkait sejarah lokasi yang dijadikan tempat berkemah, Sejarah Curug Halimun dan Saung Kondang,  dengan narasumber Kang Rian (24) sebagai Ketua Kelompok Sadar Wisata ( POKDARWIS) serta Kang Atep (25)  sebagai Ketua dari Wisata Alam Saung Kondang.

Menurut penuturan Kang Rian (24), arti dari Curug Halimun ialah air terjun yang tak terlihat, karena di masa dulu air terjun ini dipenuhi kabut. Maka dari itu masyarakat setempat sepakat menyebut nya dengan sebutan Curug Halimun.

Di temukan pertama kali oleh orang Jerman, F. Junghun dan tertulis dalam catatan orang Belanda S A Reitsma dalam “Majalah Tropisch Nederland Tanggal 28 Desember 1928”. Curug Halimun merupakan bagian dari anak sungai Citarum Purba yang penuh dengan legenda, misalnya Sangkuriang.

Baca Juga: Daud Achmad, Jangan Sampai Indonesia Seperti India

Juga dijelaskan apa saja larangan-larangan atau Pantrangan ketika memasuki daerah curug. Diantaranya jangan mengucap kata waluh, hari Senin tidak boleh ke curug dan lain sebagainya.

“Wisata Alam Saung Kondang memiliki 3 Curug, yaitu Curug Halimun, Curug Hawu, dan Curug Pangulaan. Lokasinya berada di Kampung Cikondang RT 02 RW 02 Desa Saguling Kecamatan Saguling Bandung Barat. Meskipun baru dibuka sudah mulai ada penataan,” ucap Kang Atep Ketua Saung Kondang.

Saung Kondang berdiri belum lama yaitu tahun 2020 anggaran biaya pembangunan itu murni dari swadaya masyarat. Pada mulanya Saung Kondang  dibuat untuk tempat singgah para pengunjung Curug Halimun untuk melepas penat.

Akan tetapi sekarang Saung kondang dibuat bukan hanya sekedar tempat melepas penat, juga sebagai wisata yang menyuguhkan pemandangan alam. Tiket masuk untuk Wisata Alam Saung Kondang sangat terjangkau, hanya Rp7.000 sekaligus parkir.

Nah untuk Curug Halimun hanya 10 ribu Rupiah, karena jaraknya yang lumayan jauh, akses jalan pun masih terbilang kurang memadai,  juga harus ada pendampingan dari pihak pengelola. Kita tidak akan rugi ketika sudah sampai di lokasi Curug Halimun, kita akan disuguhkan dengan pemandangan air terjun yang kira-kira ukurannya 5 atau 7 meter.

Sesuatu yang indah memang harus didapatkan dengan suatu pengorbanan. Jarak yang lumayan jauh sekitar 1 km  melewati gunung, jalan berkelok, turunan dan tanjakan serta batuan terjal tak menyurutkan komunitas pemuda parahyangan tersebut untuk pergi menuju Curug Halimun setelah semalaman ngecamp di area Saung Kondang. “Namun rasa lelah dibayar dengan kenikmatan diberikan Tuhan yang luar biasa di depan mata,” ucap salah satu pemuda diketahui bernama Rama Ketua Komunitas Pendaki Gunung Indonesia Raya Parahyangan. 

“Dengan adanya wisata Curug Halimun dan Saung Kondang ini, menjadi ladang usaha baru bagi masyarakat sekitar Saung Kondang untuk sekedar memenuhi kebutuhan keluarga,  perekonomian masyarakatnya mulai sedikit terpenuhi”. Lanjut Kang Atep (25).

Begitulah sekilas dari Sejarah Curug Halimun dan Saung Kondang dan sekelumit kisah di dalamnya. Dimana Curug Halimun ini sudah berumur tua, kita sebagai manusia generasi muda harus mampu menjaga keasriannya. Wisata ini sangat cocok bagi kita untuk merenungi ciptaan-Nya dengan segala keindahan pemandangan. (euis susilawati)***

Editor: Heriyanto Retno


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah