Ini Cerita Abah Syaripan Setia pada Profesinya sebagai Tukang Becak Tanpa Keluh Kesah

- 30 September 2023, 21:21 WIB
Abah Syarifan diusianya yang tidak lagi muda tetap setia mengeluti profesi sebagai tukang becak di Kota Rangkasbitung, Kabupaten Lebak Banten.
Abah Syarifan diusianya yang tidak lagi muda tetap setia mengeluti profesi sebagai tukang becak di Kota Rangkasbitung, Kabupaten Lebak Banten. /Portal Bandung Timur/Ina Puspita Ramadhan/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Kamis siang di Kota Rangkasbitung yang menjadi Ibu Kota Kabupaten Lebak Banten,  matahari tanpa sungkan memancarkan cahaya dan panasnya. Di tengah deretan rutinitas dan aktivitas masyarakat yang sudah modern yang pada umumnya menggunakan mobil dan motor, ternyata masih banyak orang yang menggantungkan hidupnya sebagai tukang becak.

Terlihat salah seorang bapak yang sudah cukup tua dengan semangatnya mengayuh pedal becak miliknya. Dia adalah, Abah Syaripan seorang pria asal Lebak, Banten, yang kini berusia 75 tahun yang di usia senjanya Abah Syarifan tetap mengayuh hingga tak sempat mengeluh.

Sengatan sang surya dan usia senja tak lekas membuat semangatnya padam untuk mencari nafkah. Rasa setia Abah Syaripan kepada becak bermula sejak beliau masih bujang.

Baca Juga: Musim Kemarau, Abah Lili Alih Profesi Jadi Pengrajin Bata Merah

"Abah narik becak dari waktu sebelum menikah tahun 73. Dulu awal narik masih punya orang (nyewa), alhamdulillah tahun 2003 sudah punya sendiri becak nya" ujar Abah Syaripan saat ditemui di kawasan Pasar Baru Rangkasbitung Jalan Sunan Kalijaga, Muara Ciujung, Kota Rangkasbitung, Lebak, Banten.

Seolah tak mau kalah oleh kawanan burung yang keluar mencari makan saat matahari terbit, kemudian pulang saat matahari terbenam. Setiap hari tepat pukul 07.00 WIB pagi,  Abah Syarifan pergi meninggalkan rumah untuk mencari rezeki, dan kembali pada saat matahari beranjak pergi.

"Jam 7 pagi Abah berangkat, biasanya bareng sama karyawan toko dari desa sini yang kerja di pasar Rangkasbitung naik angkot. Nanti jam 3 sore baru becak nya abah simpan di penitipan becak dekat Pasar Baru,” uajr Abah Syaripan, mengawali ceritanya.

Akses jalan yang tidak mulus dan jarak tempuh yang jauh menuju rumah Abah Syaripan di desa Asem Margaluyu tidak memungkinkan untuk di lalui dengan becaknya, hal itu membuat Abah Syaripan harus pulang pergi dengan angkot.

Baca Juga: Mang Adang Bendo Pelawak Sunda yang Masih Bertahan Akan Kasundaan

Biasanya Abah Syaripan menunggu penumpang yang hendak memakai jasanya di sekitaran Pasar Rangkasbitung. Dengan keterbatasan tenaganya yang sekarang, Abah hanya bisa mengangkut penumpang atau barang belanjaan dengan jarak tempuh yang tidak terlalu jauh. "Pernah waktu itu ada yang minta antar ke terminal Aweh, cuma Abah tolak karna engap dan sudah tidak kuat. Kalau dulu pas bujang kuat, kalau sekarang cuma bisa sekitaran sini aja, paling jauh cuma sampe terminal Mandala itu juga." Ujar Abah Syarifan.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x