Masjid Raya Bandung, Ikon dan Identitas Kota yang Mulai Memudar

- 19 Juni 2024, 19:30 WIB
Masjid Raya Bandung, kini famornya sebagai wisata rohani mulai memudar seiring kehadiran Masjid Al Jabar dan berbagai fasilitas sekitar masjid yang kurang terpelihara.
Masjid Raya Bandung, kini famornya sebagai wisata rohani mulai memudar seiring kehadiran Masjid Al Jabar dan berbagai fasilitas sekitar masjid yang kurang terpelihara. /Portal bandung Timur/Siti Sabila Azzahra/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Kota Bandung sebagai sebuah kota urban kaya akan budaya dan warisan sejarah. Juga menjadi tempat berdirinya sebuah mercu suar Islam di Jawa Bareat, khususnya di Kota Bandung yang tak terpisahkan dari identitasnya berupa Masjid Raya Bandung.

Melintasi waktu, Masjid Raya Bandung uang dulu dikenal masyarakatnya dengan sebutan Masjid Agung, telah melalui perjalanannya sendiri. Mengalami berbagai perubahan yang menghadirkan dirinya sebagai simbol keindahan dan keberlanjutan Islam masa kini.

Masjid Raya Bandung di bangun pada tahun 1812 mengabungkan dua gaya arsitektur timur Tengah dan Jawa Barat. Pada awalnya bangunan Masjid Raya Bandung hanya berbentuk bangunan panggung tradisional khas masyarakat Sunda Priangan,  akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman Masjid Raya Bandung mengalami banyak perubahan terutama bentuk dan gaya arsitekturnya.

Baca Juga: Masjid Raya Bandung Kini, Butuh Perbaikan Pasca Renovasi Besar-besaran 2021

Masjid Raya Bandung antara periode tahun 1846 hingga 1874 sudah berubah bentuk menjadi tembok batu bata dan sudah dilengkapi dengan tembok setinggi dua meter yang bermotif sisik ikan gaya ornamen ini adalah khas dari priangan.

Masjid Raya Bandung menjadi ikon dan salah satu destinasi wisata favorit yang tidak dapat terpisahkan bersama dengan Alun Alun Bandung. Akan tetapi pada saat ini secara perlahan posisi Masjid Raya Bandung memudar dengan hadirnya masjid baru yaitu Masjid Raya Al Jabar.

Wisatawan lebih tertarik ke Masjid Al Jabar sebagaimana yang diceritakan Imam Masjid Raya Bandung Kyai Haji Aang Zaenal Arifin. Setelah adanya Al Jabar pengaruhnya cukup drastis biasanya yang dari mana-mana datangnnya kesini kan ada menara kembar pake lift bisa liat Kota Bandung, tapi setelah adanya Al Jabar dan wisata di sana jemaah dan wisatawan jadi kesana".

Baca Juga: Masjid Hijrah BJTB, Masjid Tanpa Kubah di Bawah Jalan Tol Purbaleunyi

Selain adanya faktor dari Masjid Al Jabar juga adanya faktor lainnya seperti adanya pandemi Covid-19. Pada masa itu masjid ini yang memiliki taman dan biasanya di pakai untuk bermain itu lama di tutup sehingga banyak fasilitas-fasilitas yang sudah rusak seperti rumput-rumput plastik yang berada di pelataran masjid yang sudah mengelupas dan tidak tertata rapi seperti dahulu.

Selain itu juga maraknya pengamen yang memaksa atau bersikap agresif untuk di beri uang di sekitaran masjid dan hal itupun mengganggu kenyamanan sehingga akan menimbulkan persepsi bahwa area tersebut kurang aman atau tidak teratur terutama bagi wisatawan yang baru pertama kali berkunjung.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah