Di Balik Keindahan Bendungan Terpanjang se-Asia Tenggara

- 27 Juni 2024, 17:36 WIB
Menikmati senja di Waduk Mrican yang merupakan bendungan aliran Sungai Serayu antara perbatasan Kecamatan Bawang dan Kecamatan Wanadadi di Kabupaten Banjarnegara.
Menikmati senja di Waduk Mrican yang merupakan bendungan aliran Sungai Serayu antara perbatasan Kecamatan Bawang dan Kecamatan Wanadadi di Kabupaten Banjarnegara. /Portal Bandung Timur/Faishal Rosyad Mulyasmara i/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Bersantai di tepian bendungan bagaikan berada  di pantai. Saking luasnya hamparan air bendungan sejauh mata memandang hingga tampak seperti lautan.

Adalah Waduk Mrica atau lebih dikenal juga sebagai Bendungan Panglima Besar Jendral Soedirman terletak di Banjarnegara, Jawa Tengah. Bendungan  yang difungsikan sebagai PLTA atau Pembangkit Listrik Tenaga Air melayani pasokan listrik untuk area Bali dan Jawa, dengan listrik yang dihasilkan mencapai 184,5 MW.

Diresmikan Presiden Soeharto pada tahun 1989, Waduk Mrica  tidak hanya digunakan sebagai PLTA penghasil listrik, tetapi juga sebagai sumber irigasi bagi petani di daerah Wanadadi dan sekitarnya. Selain itu, Waduk Mrica juga menjadi daya tarik wisata dengan fasilitas seperti penyewaan perahu, pemancingan, spot foto, dan arena bermain anak. Lokasinya berjarak sekitar 9 km dari pusat kota Banjarnegara.

Baca Juga: Eceng Gondok Waduk Cirata Dikeluhkan Petani Ikan dan Pemancing

Waduk Mrica di aliri Sungai Serayu yang merupakan sungai terbesar di Banjarnegara yang berhulu di Pegunungan Dieng dan bermuara di Cilacap. Aliran Sungai Serayu di bendung antara perbatasan Kecamatan Bawang dan Kecamatan Wanadadi di Kabupaten Banjarnegara.

Waduk Mrica  menjadi sumber utama pengairan lahan pesawahan di Banjarnegara  yang awalnya tandus menjadi subur. Juga sebagaian dari warganya yang pada awal mulanya mata pencaharian mayoritas bertani, kini banyak yang beralih jadi petani ikan ataupun nelayan.

Untuk menikmati pemandangan di Waduk Mrica, pengunjung hanya perlu membayar lima ribu rupiah. Namun, untuk menikmati wahana yang ada, pengunjung perlu membayar lagi dengan biaya yang bervariasi.

Di balik pemandangan yang mempesona, Waduk Mrica menyimpan sejarah kelam. Dahulu, waduk ini adalah area desa yang terdiri dari dua belas desa di tiga kecamatan. Proyek pembangunan Waduk Mrica pada waktu itu menjadi dilema bagi warga setempat.

Baca Juga: Bendungan Pice Besar Bangka Belitung, Tinggalan Belanda Masih Berdiri Kokoh

Pemerintah memberikan kompensasi ganti rugi yang tidak sebanding atau mereka harus transmigrasi ke luar Jawa, kata Suparman. Akibatnya, banyak warga yang kehilangan rumah dan terpaksa tinggal bersama keluarga sampai mereka bisa membangun rumah sendiri.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah