"Selain itu kami pun meyiapkan laboratorium serta menggelar kursus untuk siswa SMK Pertanian berupa pelatihan kultur dan jaringan," katanya.
Romlah pun menyebutkan, pihaknya tengah mendobrak anggapan masyarakat tentang anggrek itu mahal dan susah mengurusnya. Bahkan pihaknya berusaha agar anggrek menjadi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
"Selama ini anggrek baru industri besar belum menjadi UMKM. Di Jabar ada empat industri besar anggrek seperti Ekakarya, Viore, ambid, wilis agro, kalijati orchid. Sedangkan anggrek mahal dan susah mengurusnya, butuh ketelatenan, sabar, dan ketekunan. Mengurus minimum dari buah sampai berbungau 2- 3 tahun, bergantung jenis anggrek. Namun dari sisi harga anggrek tidak pernah jatuh dan stabil hingga sekarang," paparnya.
Sedangkan untuk kegiatan mini expo anggrek dan pencintanya, antara lain Pemotongan Tumpeng Peringatan HUT PAI ke 67, Peresmian Sekretariat DPD PAI Jabar, Sekretariat MAJA (Masyarakat Anggrek Jabar), Peresmian Rich Ochid, dan Sekretariat Yayasan Kece. Selain itu ada lomba lukis batik anggrek, kontes anggrek, lomba mewarnai anggrek, serta workshop perawatan dan budidaya anggrek.***