Makna Hari Radio Sedunia, Begini Kata Praktisi Penyiaran Radio

- 13 Februari 2022, 11:50 WIB
Persiden Joko Widodo saat  siaran radio dokumentasi Eddy Koko
Persiden Joko Widodo saat siaran radio dokumentasi Eddy Koko /

PORTAL BANDUNG TIMUR - Tanggal 13 Februari diperingati sebaga Hari Radio Sedunia. Radio saat ini disebut-sebut sebagai media kuno yang sudah banyak ditinggalkan dan kehilangan pendengar. Belum lagi di tengah gempuran media terbarukan, sehingga banyak orang yang meramalkan radio akan selesai.

Namun demikian, Praktisi Radio yang juga mantan Pemimpin redaksi Trijaya Network, Eddy Koko mengatakan, radio masih dipercaya dan diyakini merupakan usaha bisnis yang menjanjikan. Hal ini, menurut dia, bisa dicermati pada akhir tahun 2021 muncul banyak stasiun radio dengan manajemen (kepemilikan) baru, seperti di Jakarta ada MG TV 94.7 FM (Media Grup), di Bandung ada Radio Rodja 104.3 FM, Radio Voks 91.7 FM, di Bali ada Cassanova Voks Bali 102 fm, Radio Mix 100.8FM, di Cirebon ada Caruban 105.2 FM menyusul Medan, Semarang dan kota lainnya.

"United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pun dalam peringatan Hari Radio Sedunia yang diperingati setiap tanggal 13 Februari, tahun ini mengambil tema Radio dan Kepercayaan 'Yes to Radio, Yes to trust'." ungkapnya seperti dilansir Portal Bandung Timur dari blog pribadi eddykoko.com, Minggu, 13 Februari 2022.

Menurut Eddy Koko, alasan UNESCO mengambil tema Radio dan Kepercayaan karena berdasarkan laporan internasional, radio masih merupakan media yang paling dipercaya yang dapat diakses di dunia. Eddy Koko meyakini, radio masih menjadi media yang dikonsumsi banyak orang karena mampu menjalin beragam komunitas dalam masyarakat yang majemuk.

"Melalui radio berbagai program ditawarkan, informasi disampaikan, hiburan disajikan dan berbagai kegiatan disiarkan secara langsung. Bahkan radio juga diakui sebagai platform wacana demokrasi yang sudah teruji," ucap Eddy Koko yang juga pentolan dari Perkupulan Radio Anti Bodo.

Sementara terkait dengan Jurnalisme radio, Eddy Koko mengatakan, jurnalisme radio menghasilkan konten yang independen dan berkualitas tinggi, serta pentingnya menghormati standar dasar jurnalisme etis yang sudah menjadi tantangan di era digital bertempo tinggi saat ini.

"Namun, untuk menjaga atau meningkatkan kepercayaan pendengar, jurnalisme harus terus didasarkan pada informasi yang dapat diverifikasi yang dibagikan untuk kepentingan publik, meminta pertanggungjawaban yang kuat, dan membantu masyarakat membangun masa depan yang lebih baik untuk semua," tambah Eddy Koko, yang juga aktif mengajar Jurnalistik Radio di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia.

Pesan bahwa radio harus taat pada etika jurnalistik, lanjut Eddy Koko, ini karena media radio juga merupakan media massa yang dikonsumsi mayarakat luas.

"Radio merupakan media massa yang mampu menangkal berita palsu karena kecepatannya dan mampu menyajikan konfirmasi langsung dengan pihak-pihak yang kompeten. Karakter media radio yang dapat menembus wilayah dimana sulit ditembus media lain menyebabkan radio merupakan media penting dan dipercaya. Sehingga penerapan aturan atau etika jurnalistik menjadi mutlak, seperti verifikasi menjadi mutlak dilakukan awak radio," jelasnya.

Lebih jaug, Eddy Koko menjelaskan, media radio harus menjaga kepercayaan pendengarnya dan masyarakat luas secara umum. Menurutnya, menjangkau kelompok pendengar yang dipilih berarti melayani kebutuhan informasi semua pendengar dan menjadi katalis untuk integrasi dan partisipasi sosial – termasuk penyandang disabilitas.

Halaman:

Editor: Agus Safari

Sumber: Blog EddyKoko.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah