Network
Data lapangan hasil monitoring muka laut dengan menggunakan Tide Gauge milik Badan Informasi Geospasial (BIG) di Karimunjawa, Lamongan, dan Tuban menunjukkan muka laut yang normal tanpa ada anomali catatan tsunami. “Tampaknya gempa magnitudo 6,5 belum dapat menimbulkan deformasi dasarlaut yang dapat mengganggu kolom air laut, disamping mekanisme sumber gempanya yang berupa sesar geser/mendatar tidak produktif dalam membangkitkan tsunami,” tambah Daryono.
Baca Juga: Usai Pulau Bawean Gresik Jawa Timur, Kini Gempa Bumi Magnitudo 5.7 Guncang Nusa Tenggara Timur
Menurut Daryono, gempa bumi Pulau Bawean berpusat di zona aktivitas kegempaan rendah atau low seismicity. Sehingga masyarakat awam menilai Gempa Bawean sebagai “gempa tidak lazim”, karena terjadi di wilayah yang jarang terjadi gempa dangkal.
“Selama ini wilayah Laut Jawa lazimnya menjadi episenter gempa-gempa hiposenter dalam atau deep focus. Hal ini terjadi akibat deformasi slab Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah Lempeng Eurasia tepatnya di bawah Laut Jawa dengan kedalaman sekitar 500 hingga 600 kilometer,” kata Daryono.
Diakhir penjelasanya Daryono mengatakan bahwa gempa bumi Pulau Bawean berpusat di zona Sesar Tua Pola Meratus. Wilayah Laut Jawa utara Jawa Timur secara geologi dan tektonik berada pada zona Sesar Tua Pola Meratus yang mengindikasikan keberadaan jejak sesar-sesar atau patahan yang berusia tua.***
