Puskesmas Ibun Hadapi Penyebaran DBD

6 Juli 2022, 10:00 WIB
Kepala Puskesmas Ibun H. Candra Sopiana saat memberikan keterangan terkait penaganan penyebaran demam berdarah dengue di wilayah Kecamatan Ibun. /Portal Bandung Timur/neni mardiana/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Ancaman penyakit demam berdarah dengue (DBD), yang salah satunya karena terjadi peralihan cuaca dari musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Untuk mencegah penyakit DBD itu masyarakat harus berdaya dan menerapkan kemandirian 3 M (menguras, mengubur dan menutup) tempat air yang berpotensi dijadikan sarang nyamuk aedes aegypti.

Hal tersebut disampaikan Kepala Puskesmas Ibun H. Candra Sopiana kepada Portal Bandung Timur Rabu 6 Juli 2022 terkait penanganan DBD diwilayah kerja Kecamatan Ibun."Yang lebih penting itu pencegahan. Melakukan pencegahan lebih baik dari pengobatan. Untuk mencegah serangan penyakit DBD, paling efektif adalah pemberantasan sarang nyamuk aedes aegypti," kata Kepala Puskesmas Ibun Candra Sopiana.

Menurut Candra Sopiana, untuk pemberantasan sarang nyamuk itu, dengan cara 3 M, yakni menutup, menguras dan mengubur. Tetapi khususnya untuk di wilayah kerja Puskesmas Ibun, kasus penyakit DBD masih terkendali.

Baca Juga: PPKM Level 2 Kembali Berlaku di Jabodetabek, Covid -19 Varian BA.4 dan BA .5 Meningkat di Sejumlah Daerah

"Kalau pun ada dugaan kasus DBD, kami segera melakukan intervensi untuk penyelidikan epidemiologi, selain melakukan penyuluhan kepada masyarakat. Tujuannya, supaya masyarakat sadar melakukan pemberantasan jentik nyamuk secara mandiri," tutur Candra Sopiana.

Untuk melakukan pencegahan penyakit DBD itu, ia mengungkapkan misalnya saat terjadi ada dugaan kasus DBD di Desa Lampegan Kecamatan Ibun, segera melakukan kunjungan ke rumah-rumah warga sekitar yang sebelumnya dikabarkan terdapat kasus tersebut.

"Kita melakukan pertemuan dengan RT, RW dan aparatur desa, selain dengan tokoh masyarakat untuk mensosialisasikan pemberantasan sarang nyamuk aedes aegypti tersebut," ujar Candra.

Baca Juga: PPP Jabar, Targetkan  9 Kursi di DPRD Jabar

Ia mengatakan melakukan kunjungan ke rumah-rumah warga sekitar yang ada kasus DBD itu, yaitu untuk melakukan penyelidikan epidemiologi. "Hal itu untuk mengetahui apakah di rumah sekitar ada jentik nyamuk DBD. Itu paling penting untuk melakukan pemeriksaan," ungkapnya.

Candra pun sangat mengapresiasi disaat ada antusias dari aparatur RT, RW dan pemerintahan desa untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk tersebut. Untuk diketahui, kata dia, penyakit DBD bisa terjadi disaat terjadi peralihan musim kemarau ke musim hujan.

"Disaat musim kemarau itu sampah berserakan, sanitasi kurang baik, tetap ada potensi bersarangnya nyamuk aedes aegypti. Terkadang hujan, terkadang tidak hujan juga sangat berpengaruh juga timbulnya penyakit DBD. Kemudian disaat turun hujan, kemudian hujannya berhenti dan terjadi genangan air hujan, berpotensi menjadi sarang nyamuk. Berbeda disaat terus turun hujan, air akan terbuang," tuturnya.

Candra menegaskan, kunci penanganan sekaligus pencegahan utama serangan penyakit DBD, yaitu melalui 3 M.

"Intinya lingkungan kita jangan jadi sarang nyamuk, lingkungan harus  bersih. Sampah dikelola dengan baik. Sebab, sampah berserakan jadi potensi genangan air dan bisa jadi sarang nyamuk.

"Kita terus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak, khususnya dalam menangani kesehatan lingkungan. Menanggulangi DBD merupakan tugas kita bersama," ujarnya.

Untuk diketahui, kata Candra, melaksanakan fooging terhadap lingkungan sekitar, bukan salah satu solusi utama untuk pencegahan penyakit DBD. Langkah efektif adalah melalui 3 M tersebut.

Untuk melakukan upaya pencegahan itu, Candra menyebutkan bahwa pihak puskesmas melibatkan mojang jajaka pemantau jentik. Mereka ditugaskan untuk mencari jentik nyamuk DBD, disaat ada kasus DBD. "Mereka ditugaskan untuk memantau di sekitar 20 orang yang sebelumnya terjadi kasus DBD," jelasnya.

Untuk diperhatikan pula tempat penampungan air di kulkas, dispenser, termasuk sampah bahan plastik, streaform yang berpotensi tempat genangan air hujan yang jernih bisa digunakan oleh sarang nyamuk aedes aegypti bertelur.

"Harus diperhatikan pula tempat penampungan air gentong, air bak, dan air sumur juga harus ditutup. Torn, tempat penampungan air harus tertutup rapat. Aquarium, pot bunga juga harus menjadi perhatian," ujarnya.

Ia kembali mengatakan, masyarakat harus mandiri dalam menerapkan 3 M. "Jangan sampai nyamuk berpindah, dan pentingnya ada  pemberantasan sarang nyamuk," pungkasnya. (neni mardiana)***

Editor: Heriyanto Retno

Tags

Terkini

Terpopuler