SMPN Satu Atap Cikoneng Butuh Air Bersih

- 1 Desember 2020, 11:30 WIB
KEPALA SMPN Satu Atap Cikoneng H. Mamad, S.Pd., M.M., didampingi Dadan Suhendan stafnya saat memberikan keterangan terkait kendala fasilitas sanitasi di sekolah yang dipimpinnya jelang kegiatan tatap muka masa Adaptasi Kebiasaan Baru.
KEPALA SMPN Satu Atap Cikoneng H. Mamad, S.Pd., M.M., didampingi Dadan Suhendan stafnya saat memberikan keterangan terkait kendala fasilitas sanitasi di sekolah yang dipimpinnya jelang kegiatan tatap muka masa Adaptasi Kebiasaan Baru. /Portal Bandung Timur/Neni Mardiana/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Menjelang kegiatan tatap muka belajar mengajar SMPN Satu Atap Cikoneng terkendala ketersediaan air bersih untuk kebutuhan sanitasi. Pengadaan kebutuhan air bawah tanah membutuhkan biaya ratusan juta tidak kunjung terealisasi.

"Karena berada di kawasan perbukitan, sehingga tidak mungkin lagi mengalirkan air ke lingkungan sekolah dari sumber mata air lainnya. Karena tidak ada sumber mata air,” ujar Kepala SMPN Satu Atap Cikoneng H. Mamad, S.Pd., M.M., didampingi Tenaga Pendidikan lainnya, Dadan Suhendan, S.Pd., kepada Portal Bandung Timur di ruang kerjanya.

Salah satu jalan yang harus dilakukan pihak sekolah menurut Mamad, untuk pengadaan air bersih di sekolah, harus mengebor air bawah tanah. Namun meski kedalaman lebih dari 100 meter, masih spekulasi air bisa keluar atau tidak.

Baca Juga: Anggota KPPS dan Pamsung Cileunyi Kembali Kedapatan Reaktif

Baca Juga: Kerusakan Lingkungan Sumber Utama Bencana Alam di Kabupaten Bandung

Dikatakan Mamad, untuk mencoba melakukan pengeboran air bawah tanah itu membutuhkan biaya lebih dari Rp 100 juta. "Kebutuhan anggaran ini yang menjadi pemikiran kita, sehingga kami berharap ada anggaran khusus dari dinas atau organisasi perangkat daerah Kabupaten Bandung, untuk pengadaan sanitasi, khususnya air bersih di lingkungan sekolah,” ujar Mamad.

Pihak sekolah menurut Mamad, tidak menutup kemungkinan ada dana hibah atau anggaran dari corporate social responsibility (CSR). Juga dari pihak swasta atau perusahaan untuk membantu dalam pengadaan air bersih bagi para siswa dan guru.

Ditegaskan Mamad, pengadaan air bersih merupakan prioritas yang tak bisa ditunda-tunda karena bagian dari kebutuhan hidup manusia. "Makanya, disaat ada kegiatan pendidikan pada kondisi normal sebelum pandemi Covid-19, kita membeli air sebanyak empat tangki pada setiap bulannya dengan biaya Rp 1,2 juta,” terang Mamad.

Baca Juga: Jangan Panik, Reaktif Belum Tentu Positif COVID-19

Baca Juga: Ulat Grayak di Cileunyi Dikhawatirkan Serang Tanaman Lain

Bahkan disaat pandemi Covid-19 menurut Mamad, meski siswa belajar di rumah melalui daring. Khususnya untuk para guru dan sewaktu-waktu para siswa datang ke sekolah, tetap persediaan air bersih harus diupayakan pihaknya tetap ada.

Menjelang Januari 2021 mendatang, menurut Mamad, pihaknya mempersiapkan menghadapi kegiatan belajar mengajar tatap muka. "Tapi kita tetap akan melaksanakan relaksasi belajar tatap muka dengan cara mengatur waktu pembelajaran, minimal siswa yang hadir di kelas itu 50 persen, dari kapasitas ruang kelas,” terang Mamad.

Kegiatan belajar menurut Mamad akan dibatasi, selama dua jam per satu kali tatap muka. Kemudian kegiatan belajar tatap mukanya diganti siswa lainnya secara bergiliran.

Baca Juga: Ulat Grayak Serang Tanaman Jagung

Baca Juga: KPU Segera Melaksanakan Bimtek Untuk Petugas KPPS

Dikatakan Mamad, kegiatan belajar tatap muka untuk sementara bidang studi yang dianggap penting, yang harus dilaksanakan di ruang kelas. Dalam pelaksanaannya pun tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang ketat, supaya para siswa dan guru dalam kondisi sehat. 

"Kegiatan belajar mengajar tatap muka itu tetap melihat situasi dan kondisi. Dalam kondisi lingkungan aman dari penyebaran Covid-19, belajar tatap muka bisa dilaksanakan. Kalau berisiko tinggi penyebarannya, belajar tatap muka pun kembali ditunda, sampai kondisi aman," pungkas Mamad. (neni mardiana)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah