"Almarhum Billy ada di Papua itu, yang kedua kalinya, setelah sebelumnya sempat ke Papua. Sebelum kejadian, almarhum sudah berada selama satu Minggu di sana (Papua) dan rencananya selama dua Minggu berada di Papua," katanya.
Almarhum, kata Teddy, memiliki satu orang istri dan tiga orang anak. Jenazah almarhum tiba di rumah duka di Desa Panyadap pada Rabu (9/3/2022) pukul 02.30 WIB, setelah sebelumnya dievakuasi petugas dari Puncak Jaya Papua bersama delapan korban lainnya, kemudian diterbangkan ke Bandara Soekarno Hatta Provinsi Banten.
Kedatangan jenazah korban langsung disambut keluarga dan kerabatnya. "Kejadian ini menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi kita semua, dan jadi tamparan yang sangat keras karena hak warga sipil tak terlindungi," ungkapnya.
Baca Juga: Ungkapan Bijak Dinan Farjina, Istri Doni Salmanan atas Persoalan yang Dihadapinya
Teddy berharap kepada warga lainnya ketika ingin bekerja untuk pilih-pilih daerah. "Jangan bekerja di daerah konflik, walau dari sisi finansial sangat menggiurkan. Kita harus mengutamakan keselamatan," ungkapnya.
Ia berharap kepada pemerintah untuk melindungi warga sipil yang sedang bekerja di daerah konflik, di antaranya ada pendampingan dan pengawalan. "Supaya tidak terulang kejadian seperti ini," katanya.
Sama halnya dimata teman-teman sekolah almarhum Billy semasa di SMP Muhammadiyah Majalaya. Kedua teman almarhum Billy, Arul Haq (39) dan Arif Budiman (40), menyebutkan sosok Billy sangat supel, dan mudah komunikasi serta akrab dengan teman-teman sekolah.
"Alhamarhum Billy menyenangkan orangnya dan mudah bergaul," katanya.
Kata Arul Haq, almarhum Billy sering bulak balik ke Papua untuk bekerja menjadi tenaga teknisi dalam bidang telekomunikasi.
"Saat kejadian dan menjadi korban penembakan KKB, almarhum Billy sedang bekerja memperbaiki kabel dan tower telekomunikasi di Puncak Jaya Papua," kata Arul Haq.