Dishub Bongkar 21 Halte TMB, Anggota Dewan Sebut Gagal Perencanaan

- 27 Juli 2022, 08:30 WIB
Halte bus di depan Kantor Dinas Pendidikan Kota Bandung Jalan Jend. Ahmad Yani salah satu halte bus yang paling sering menjadi sasaran vandalisme dan pelemparan hingga menyebabkan kacanya sering pecah.
Halte bus di depan Kantor Dinas Pendidikan Kota Bandung Jalan Jend. Ahmad Yani salah satu halte bus yang paling sering menjadi sasaran vandalisme dan pelemparan hingga menyebabkan kacanya sering pecah. /Portal Bandung Timur/heriyanto/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung berencana membongkar sekitar 21 halte Trans Metro Bandung (TMB). Keputusan membongkar halte tersebut, dilakukan dengan berbagai pertimbangan, salah satunya karena sudah tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya.

Rencana pembongkaran halte TMB langsung disroti oleh DPRD Kota Bandung. Anggota Komisi C DPRD Kota Bandung, Folmer Siswato Silalahi menilai, kebijakan itu menunjukkan buruknya perencanaan pembangunan shelter TMB yang di antaranya ada yang dibiayai APBD.

Folmer juga mengingatkan pembongkaran halte TMB jangan didasari alasan alih fungsi shelter jadi tempat tinggal PMKS hingga kumuh.

“Bisa disebut gagal perencanaan, mungkin waktu itu kita hanya memikirkan shelter TMB ini menjadi bagian dari elemen kota modern. Seolah kota modern atau kota yang maju itu harus ada shelter,” kata Folmer, Selasa 26 Juli 2022.

Menurutnya, keberadaan shelter TMB tetap dibutuhkan karena menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sisi transportasi publik di Kota Bandung.

“Apakah memang shelter itu tidak diperlukan lagi sebagai bagian sarana prasarana transportasi publik? Atau posisinya yang tidak tepat ? Atau juga desain bentuk shelter kita tidak nyaman untuk penumpang atau konsumen yang akan menggunakan transportasi publik,” ungkapnya.

sementara itu, dilansir dari Mapay Bandung, Folmer menjelaskan, perkembangan transportasi umum di kota Bandung berbasis rute, usianya sudah belasan tahun. Dengan pertumbuhan kota yang dinamis, masyarakat yang semula mengandalkan transportasi publik seperti angkot maupun TMB mulai bergeser.

"Sekarang sudah banyak alternatif, banyak pilihan. Kita juga harus bisa mengantisipasi itu, dan salah satu langkah yang harus dilakukan berbarengan dengan revitalisasi shelter adalah re ruting dan re tuling dari angkutan-angkutan moda," jelasnya.

Dengan kata lain, pembangunan shelter saat ini harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, termasuk pejalan kaki yang butuh trotoar.

"Ini perlu ada desain solution, karena shelter ini sifatnya tidak permanen, mobile jadi bisa di majukan dimundurkan atau dipindahkan titik nya sesuai dengan perkembangan situasional. Kedua, shelter harus memiliki nilai tambah untuk penumpang yang akan menggantikan moda transportasi nya dari sider ke TMB dan lainnya. Itu fungsi-fungsi edukasi harus ada disana," katanya.

Halaman:

Editor: Syiffa Ryanti

Sumber: Mapay Bandung


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah