Dimasa Pandemi Covid-19, Sastera Daerah Tidak Padam

- 31 Januari 2021, 19:53 WIB
Ketua Dewan Pengurus Yayasan Kebudayaan Rancage, Titi Surti Nastiti saat memberikan sambutan pada pengumuman Anugerah Sastera Rancage 2021, yang digelar secara virtual, Minggu 31 Januari 2021 pukul 14.00 WIB.         
Ketua Dewan Pengurus Yayasan Kebudayaan Rancage, Titi Surti Nastiti saat memberikan sambutan pada pengumuman Anugerah Sastera Rancage 2021, yang digelar secara virtual, Minggu 31 Januari 2021 pukul 14.00 WIB.       /tangkapan layar virtual Anugerah Sastera Rancage /

 

PORTAL BANDUNG TIMUR - Sejak tahun 1989, sudah 33 tahun Yayasan Kebudayaan Rancage memberikan hadiah Rancage secara berkesinambungan yang diumumkan setiap tanggal 31 Januari. Untuk kali pertama pengumuman Anugera Sastera Rancage tanpa kehadiran penggagas Hadiah Sastera Rancagé, Bapak Ajip Rosidi.

“Kami tentu berduka, tetapi ada hal penting setelah kepergian beliau, yaitu arisan-warisan budaya yang menjadi tanggung jawab kami, salah satunya adalah keberlangsungan Hadiah Sastera Rancagé.  Kami akan berupaya untuk melanjutkan apa yang beliau rintis demi kemajuan kebudayaan daerah dan kebudayaan Indonesia, dengan demikian, sepanjang masih ada buku sastera daerah yang terbit, kami akan terus menyelenggarakan hadiah ini,” ujar Titi Surti Nastiti, Ketua Dewan Pengurus Yayasan Kebudayaan Rancagé, dalam sambutannya pada pengumuman Anugerah Sastera Rancage 2021, yang digelar secara virtual, Minggu 31 Januari 2021 pukul 14.00 WIB.

Baca Juga: Ditunggu Perhatian Pemerintah Dalam Bentuk Tanggapan Nyata Terhadap Sastera Daerah

Disampaikan Titi Nastiti, Hadiah Sastera Rancage 2021 merupakan yang ke-33 kalinya untuk sastera Sunda, ke-27 kalinya untuk sastera Jawa, ke-23 kalinya untuk sastera Bali, keenamkalinya untuk sastera Lampung, dan kedua kalinya untuk sastera Madura. “Tahun ini kami tidak memberikan hadiah untuk sastera Banjar dan Batak karena jumlah buku yang terbit dalam bahasa tersebut tidak memenuhi persyaratan Hadiah Sastera Rancagé.

Selain itu menurut Titi Nastiti,  tahun 2020  Yayasan kebudayaan Rancange juga menerima buku dalam bahasa Minang dan Aceh. Tetapi belum dapat kami nilai karena masing-masing hanya satu judul. Buku tersebut akan kami sertakan pada penilaian tahun berikutnya.

Secara umum, perkembangan buku-buku sastera berbahasa daerah yang terbit tahun 2020 menurut Titi Nastiti cukup menggembirakan. “Karena ternyata pandemi Covid-19 di sepanjang tahun 2020 rupanya tidak mengurangi semangat para penulis dan penerbit,” ujar Titi Nastiti.

Baca Juga: Tacan Pernah Kacaritakeun Gedong Kasenian di Lembur Singkur

Ditegaskan Titi Nastiti, dari tahun ke tahun selalu ada pasang-surut penerbitan buku di masing-masing daerah. Namun, kualitas karya sastera tidak diukur oleh jumlah buku yang terbit, hal yang lebih penting adalah kesinambungan, regenerasi penulis, serta peningkatan kualitas bahasa dan sastera dari masing-masing daerah.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x