Mereka yang jeli dan telik dalam mendengarkan komposisi irama yang dimainkan, akan mengibaratkan lirik lagu yang dimainkan sebagai kesatuan bentuk gramatikal ataupun leksikal dalam sebuah untaian lagu.
Baca Juga: DOB Bandung Timur Bisa Diajukan Bila Syarat Administrasi Didahulukan
Dikatakan memenuhi aspek gramatikal karena adanya perangkaian (konjungsi), pelepasan (ellipsis) maupun penyulihan (substitusi), sedangkan aspek leksikal adanya repetisi (pengulangan) maupun hiponimi (hubungan atas bawah).
Berbeda halnya saat kelompok dewasa yang tampil membawakan komposisi,”Pangapunten”, “Lagu Gede”, “Kasturun”, “Doran Tugel”, “Moblong Dermayu”, yang dipungkas “Bale Bandung”. Suasana sakral seakan hadir menyelimuti gedung pertunjukan, mereka yang hadirpun terdiam.
Goong Renteng Ki Muntili merupakan salah satu budaya dalam bentuk kesenian warisan Para Wali yang masih dilestarikan sebagai bentuk keprihatinan Kepala Desa Kedungsana, Sudianto pada tahun 2012. Ditangan pemuda Gaos Gojali, kesenian Goong Renteng mulai disukai warga lainnya, dan bahkan anak-anak, hingga pihak desa terpaksa membuat replikanya.
Baca Juga: Whatsapp ternyata bisa di akses lewat PC atau Laptop.
Di Jawa Barat sendiri, kesenian yang menjadi bagian dari budaya masyarakat Jawa Barat begitu banyak ragam jenisnya. Namun kondisinya ibarat pepatah, bagai kerakap diatas batu, hidup segan matipun tak mau.
Kini, kembali ke ungkapan awal, sejatinya tatanan kehidupan dimasyarakat tidak dapat dipisahkan dengan budaya, yang satu diantaranya dalam bentuk seni. Karena setiap manusia dilahirkan mempunyai darah seni, dimana dalam setiap gerak aktivitas apapun dan dimanapun, disadari atau tidak kita telah melakukan aktivitas seni.
Hanya saja, persfektif setiap orang dalam memandang seni sebagai bagian dari budaya yang tidak terpisahkan dalam kehidupan pasti akan berbeda. Hingga seni terkadang terabaikan. Seperti seni Goong Renteng. (heriyanto)***